Owwh..Digerebek Saat Masih Pakai Handuk Bareng Om Nakal
jpnn.com - SURABAYA - Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya menyergap dua pekerja seks komersil (PSK) di sebuah kamar budget hotel di Jalan Diponegoro, Surabaya. D
Dua perempuan itu berinisial EPA dan MA. Mereka terindikasi terlibat prostitusi online.
Saat polisi datang, EPA sedang meladeni tamu di kamar 910, sedangkan MA masih berada di lobi.
"Mucikarinya lolos. Masih kami buru," ujar salah seorang penyidik PPA kepada Jawa Pos.
Dalam kondisi masih memakai handuk, EPA buru-buru mengenakan pakaiannya. Dia lantas digelandang ke Mapolrestabes Surabaya.
Kepada penyidik, keduanya mengaku diajak oleh seseorang yang mereka panggil Pakde alias Sindu. Dua perempuan itu sama-sama tidak saling kenal.
"Saya ini nggak kenal sama Mbak ini. Kenalnya karena Pakde," cerita EPA saat diinterogasi polisi sembari menuding MA.
Perempuan asal Sukodono, Sidoarjo, itu mengaku baru mengenal Pakde pekan lalu. Ketika itu ringtone BBM-nya berbunyi. Pakde meng-invite-nya setelah meminta PIN tatkala bercengkerama di Facebook.
Rupanya, Pakde tahu bahwa EPA memang sejatinya cewek panggilan. Itu terlacak pada komentar-komentar di akun Facebook perempuan tersebut.
Namun, Pakde tidak langsung menawarkan pelanggan kepada perempuan yang rambutnya dicat pirang itu.
"Dia ngajak karaoke dulu. Saya dikasih Rp 100 ribu kalau mau nemenin karaoke," lanjutnya.
Setelah nyanyi-nyanyi, barulah Pakde merayu EPA. Dia menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Caranya, dia harus menurut kalau "dibantu" mencari pria hidung belang.
EPA belum mengiyakan, tapi diam-diam Pakde sudah bergerak cepat. Dia mencomot foto perempuan berbadan sintal tersebut dari akun FB-nya dan memasang di grup bernama Angel Devil.
Nah, Selasa (27/9), ada pelanggan yang mau mem-booking-nya.
Perempuan yang kos di kawasan Banyu Urip itu awalnya sempat dilematis, apakah akan menerima tawaran tersebut atau tidak. Namun, dia akhirnya mengiyakan lantaran membutuhkan uang untuk anaknya. Ya, EPA memang single parent.
Pukul 12.30 kemarin, EPA minta diantarkan oleh temannya ke sebuah hotel. Dia mengaku akan bertemu dengan seseorang. Nah, di sana sudah ada Pakde dan MA.
Namun, miskomunikasi terjadi. Lantaran dua perempuan tersebut tidak saling kenal, mereka kebingungan.
Pakde terpaksa bernegosiasi di lobi hotel. Si germo lalu menjelaskan bahwa klien meminta dua perempuan itu untuk "main bareng". Bertiga.
Karena ngambek, MA mengancam mau pulang. "Tapi, akhirnya dia (Pakde) menyuruh saya menunggu. Katanya gantian. Saya kebagian terakhir," cerita MA polos.
Perempuan yang disapa Nana itu juga mengaku baru mengenal Pakde seminggu terakhir. Selama ini dia memang kerap menjadi pemandu karaoke. Dari sana dia terkadang juga di-booking untuk melayani short time tamu di hotel.
Setelah dua perempuan itu sepakat, mucikari mengantar EPA ke lift, lalu hilang. Dia mengontrol anak buahnya dari jauh. Saat itulah polisi datang menggerebek. Di dalam kamar, EPA sudah menerima uang Rp 600 ribu dari pelanggannya.
Keduanya masih menjalani pemeriksaan di ruang PPA. Mereka mengaku kapok berurusan dengan Pakde. "Sebelum ini dia bilang bakal aman-aman saja. Tapi, kenyataannya malah ketangkap begini," gerutu Nana.
Polisi masih belum mau membeberkan banyak keterangan resmi. Saat ini mereka masih berfokus untuk memburu si germo. "Memang benar kami amankan dua orang. Pelakunya masih kami selidiki," ujar Kanit PPA Polrestabes Surabaya AKP Ruth Yeni. (did/c6/dos/flo/jpnn)
SURABAYA - Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya menyergap dua pekerja seks komersil (PSK) di sebuah kamar budget hotel
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Tragis! Ibu dan Anak di Surabaya Tewas Gegara Warisan, Kejadiannya Mengerikan
- Video Narapidana di OI Diduga Berpesta Narkoba di Sel Viral, Ini Kata Kadivpas
- Bea Cukai dan Polri Gagalkan Penyelundupan Narkotika di Bengkalis
- Bea Cukai Musnahkan BKC Ilegal Senilai Rp 52,1 Miliar di Tangerang
- Tim Rimau Polsek Tanjung Batu Tangkap Pencuri Kabel Underground
- Pelaku Curanmor yang Menembak Satpam dan Polisi Akhirnya Didor, Tewas