Pabrik Toyota dan Holden Ditutup di Australia
Dua tahun setelah penutupan, kata Professor Andrew Beer dari Flinders University di Adelaide, para mantan pekerja itu mengalami kehidupan yang sulit.
Penelitiannya menunjukkan bahwa hanya sepertiga dari para pekerja tersebut yang bisa menemukan pekerjaan penuh waktu yang setara dengan pekerjaan sebelumnya.
Sisanya seperti tiga lagi tidak bekerja atau bekerja tidak penuh waktu, dan sisanya tidak bekerja sama sekali.
Pekerja yang dilatih kembali berpenghasilan lebih rendah
Namun sekarang sudah ada program khusus untuk melatih kembali para mantan pekerja dari dunia otomotif tersebut.
Delapan mantan pekerja dari pabrik Ford sekarang melakukan magang di proyek pemindahan pintu palang kereta di Rosanna.
Salah seorang diantaranya adalah Jason Eames, yang mengatakan setelah Ford tutup dia hanya bisa mendapatkan pekerjaan tidak tetap.
"Saya mulai bekerja menjadi tukang daput, dengan perusahaan yang memang khusus melakukan pencatan dapur." kata Eames.
"Saya melakukannya selama dua bulan, dan kemudian pindah mengendarai truk selama dua bulan."
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat