Padam di Ternate, Damai di Tobelo, Bersaing di Ambon
Sabtu, 18 Desember 2010 – 06:47 WIB
Minggu ini sudah akan ada kabel bawah laut dari Tidore ke Ternate. Pemasangannya sudah selesai. Karena itu, saya minta segera dikomisioning agar dalam seminggu sudah bisa digunakan. Dengan kabel tersebut, kelebihan kapasitas 1 MW di Tidore bisa digunakan untuk mengatasi kekurangan 1 MW di Ternate sambil menunggu selesainya perbaikan dua unit mesin yang di Ternate sendiri. Bahkan, dengan kabel bawah laut itu, kini antara Ternate dan Tidore (jaraknya hanya 1 km) sudah bisa saling bantu. Sistem di dua pulau tersebut bisa lebih andal.
Perjalanan ke Maluku Utara kali ini memang amat panjang, tapi hampir tidak pernah melalui jalan darat. Harus dengan pesawat atau feri. Syukurlah, perjalanan dari Halmahera, Morotai, Ternate, Tidore, Ambon, dan Poso ini bisa dituntaskan dalam waktu dua hari. Malam pertama menginap di Tobelo dan malam kedua di Ternate. Dua malam itu adalah malam-malam yang hening. Tidak ada hiruk-pikuk dan kebisingan. Berada di Pulau Halmahera yang indah, hidup terasa lebih damai. Meski juga berarti lebih lambat. Tidak banyak tuntutan dan desakan. Pagi-pagi ketika gerak jalan pagi bersama karyawan PLN Tobelo, kami hanya bertemu suami-istri yang duduk di atas pedati yang ditarik sapi. Begitulah cara penduduk setempat menuju kebun. Begitu damainya. Tidak terlihat orang yang serba terburu-buru. Saya teringat kata-kata bijak yang dikutip teman saya selalu: Dunia ini sebenarnya cukup untuk keperluan seluruh manusia, tapi tidak cukup untuk seorang manusia yang rakus. Di Tobelo, kami tidak melihat kerakusan manusia.
Demikian juga di Ternate. Pagi-pagi kami juga gerak jalan bersama karyawan. Karyawan PLN Ternate sangat menyenangkan. Kami ramai-ramai jalan kaki. Rutenya ke pinggir pantai yang indah. Juga begitu damai. Ketika kami melewati satu toko kaset yang sedang memutar lagu dangdut amat keras, kami berhenti di depan toko itu. Kami ramai-ramai berjoget, joget-komando, memenuhi jalan raya di depan toko tersebut memanfaatkan musik keras itu. Tentu jadi tontonan yang aneh. Tapi, PLN memang sudah waktunya perlu promosi.
Sayangnya, joget itu tidak bisa terlalu lama. Pertama, menghambat lalu lintas. Kedua, kami harus segera menuju Ambon. Di Ambon, sebuah acara bersejarah sudah menanti: memulai pengeboran geothermal Tulehu.