Padang Rumput Laut yang Rusak Lepaskan Karbon Purba
Dia menambahkan, rumput laut juga mampu menyimpan karbon lebih lama dibandingkan hutan.
"Kawaan rumput laut menyimpan zat karbon dalam ukuran ribuan tahun, dan akan bertahan terus kecuali anda merusak ekosistemnya," kata Dr Macreadie.
Sebelum penelitian ini dilakukan, belum ada kepastian apakah zat-zat karbon purba akan terlepas kembali ke atmosfir jika kawasan rumput laut rusak.
Dr Macreadie dan timnya kemudian mengambil sampel perbandingkan rumput laut di kawasan yang pernah rusak dan di kawasan yang tidak pernah dirusak manusia.
Ketika peneliti mengukur waktu sedimentasi, diketahui bahwa ada sedimen yang berkisar antara 1.300 hingga 3.000 tahun.
"Sekitar 50 persen kawasan rumput laut di dunia telah hilang sejak tahun 1990an. Itu sama dengan ukuran dua lapangan bola setiap jam," katanya.
Dijelaskan, penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sekitar 50 persen karbon yang terserap oleh rumput laut berasal dari darat.
Dalam lima tahun terakhir semakin muncul kesadaran pentingnya kawasan rumput laut, rawa-rawa air asin, serta hutan bakau bagi siklus karbon di bumi.
Kawasan padang rumput laut yang rusak ternyata melepaskan zat-zat karbon yang usianya telah ribuan tahun. Karbon yang selama ini terperangkap dalam
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat