Padepokan Listrik untuk Anak Muda Spartan
”Cita-cita saya mendidik 3.000 anak muda yang mampu mendukung pengembangan mobil listrik di Indonesia,” ujarnya. ”Sekaligus mampu mengembangkan listrik tenaga angin,” tambahnya.
Ricky yang tiga tahun lalu saya minta pulang untuk mengembangkan mobil listrik nasional bertekad menyiapkan fondasi yang kuat: aspek manusianya. Mobil listrik yang dia ciptakan selama ini (bersama Kupu-Kupu Malam Jogja) adalah prototipe untuk gebrakan awal. Bahwa kita bisa. Setelah itu harus ditata manusianya. Untuk bisa berproduksi secara masal.
Mahasiswa dan anak muda yang mondok di tempat Ricky ini umumnya khas: mereka yang minat risetnya tinggi, egaliter, dan jiwanya menyala-nyala. Gadis yang duduk lesehan di sebelah saya ini misalnya, lulusan S-1 dan S-2 ITB. Bapaknya dosen. Ibunya dokter di Bandung. Para pemudi itulah, bersama istri Ricky yang cantik itu, yang menyiapkan makanan untuk berbuka dan sahur.
Yang lebih banyak adalah mahasiswa kuliah praktik. Dari berbagai universitas. Ricky sendiri sudah berkunjung atau memberi kuliah di 150 universitas selama tiga tahun terakhir. Untuk menumbuhkan minat anak muda di dunia baru ini.
Malam itu Ricky juga yang menjadi imam salat Tarawih. Sekaligus mengisi ceramah agama. Temanya tentang perbedaan ilmu fikih dan ilmu cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Teori dari filsuf agung Imam Al Ghazali. Malam itu saya ikut tidur di pondok itu.
Sejak kegiatan mobil listrik terhenti, Ricky mengistirahatkan 150 anak muda yang terlibat langsung dalam praktik membuat mobil listrik. Pulang ke daerah masing-masing dulu. Dia juga menghindari permintaan untuk membuat listrik tenaga angin bagi NTT. Ini karena anggarannya dari pemerintah.
Hari itu mestinya Ricky menandatangani kontrak, tapi dia membatalkan. Dia bertekad konsentrasi membina pondoknya itu. ”Sudah telanjur meninggalkan Jepang,” ujarnya.
Di pondok itu dia dirikan kincir-kincir tenaga angin. Berbagai jenis. Ada yang buatan negara Barat, ada juga buatannya sendiri. Tipenya pun bermacam-macam. Model ekornya juga tidak sama. ”Agar mahasiswa bisa membanding-bandingkan teknologinya,” kata dia. ”Lalu kita diskusikan,” tambahnya.