Pagi Batu

Oleh: Dahlan Iskan

Pagi Batu
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Tentu tidak ada larangan orang Kristen mengenakan pakaian syar'i. Saya hanya ingin menganalisis pengaruh media pada opini publik. Terutama pengaruh akibat penampilan simbolis seperti itu. Apalagi Julianto, yang dia adukan, adalah seorang Kristen. Tionghoa.

Bisa saja itu supaya ada kesan ini Tionghoa memerkosa wanita berjilbab. Lebih seru. Atau sebenarnya hanya untuk menyamarkan diri.

Sayang saya belum bisa menemukan Sheren. Pasti menarik jawaban soal mengapa dia pakai jilbab.

Saya terus mencari Sharen. Saya dapatkan foto copy KTP-nyi: Mangunharjo Madiun. Namun, saya belum berhasil mengontak Sheren. Nomor telepon yang saya dapat tidak bisa terhubung.

Alamat rumah yang ada di KTP sudah didatangi petugas Disway. Kosong. Itu rumah kontrakan. Di dalam sebuah gang. Sederhana sekali.

"Sudah setahun pindah. Tanpa ada yang dipamiti," ujar tetangga rumahnyi.

Sheren juga pernah tampil di koran. Ia menceritakan kiat-kiat hidup kreatif. Termasuk menceritakan mengapa dia menciptakan gerak teatrikal dengan judul "Show My Transformation". Yakni teater gerak yang menggambarkan perubahan ulat menjadi kepompong dan akhirnya jadi kupu-kupu indah.

Keluarga Julianto sendiri lagi mengusahakan kembali tahanan luar. Tiga anak Julianto, yang sekolah di luar negeri, pulang semua.

Kok begitu beruntun: pencabulan para siswi di pesantren Jawa Barat, di pesantren Jombang, kini di Batu (Sekolah SPI) –banyak yang mengira itu pesantren juga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News