Pajak ‘Backpacker’ Dinilai Hambat Industri Pariwisata Australia

Ia menerangkan, "Jika Anda menjadi turis backpacker dan ingin liburan sambil bekerja dan Anda sedang memilih antara Australia atau Selandia Baru, sekarang Anda melihat Australia [dan] Anda akan dikenakan pajak 35 sen tiap satu dolarnya, sementara di Selandia Baru Anda membayar pajak sebesar nol."
Turis Backpacker asal Inggris, James Webdale, telah bekerja dan berlibur di Australia selama tujuh bulan.
Pada waktu itu, ia telah bekerja di sebuah peternakan kuda di negara bagian Victoria, sebagai pemandu wisata di Byron Bay di utara New South Wales, dan ia saat ini bekerja di penginapan di Gold Coast.
Pemuda 25-tahun itu mengatakan, perubahan ini akan berdampak pada orang dengan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan lebih rendah.
"Para wisatawan cukup tertekan karena uang seperti itu, sehingga ini akan sulit bagi mereka, dan seperti saya, saya akan mendapat penghasilan lebih sedikit," ujar James.
Ia mengeluhkan, "Cukup sulit untuk mencari pekerjaan tetap sehingga dalam jangka waktu Anda menemukan pekerjan itu, akan sangat sulit untuk menabung agar bisa keliling Australia."
Amy Cox, dari Nottingham di Inggris, -pun setuju.
"Ini akan menghentikan kami dari aktivitas berkeliling sejauh mungkin karena kami mengandalkan uang bebas pajak itu untuk jalan-jalan," katanya.
Para turis ‘backpacker’ (berbujet rendah) yang bekerja di Australia berujar, mereka tak mungkin pergi jauh atau tinggal selama mungkin
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia