Pajak ‘Backpacker’ Dinilai Hambat Industri Pariwisata Australia
Perempuan berusia 23 tahun ini tiba di Australia pada Oktober lalu dan telah bekerja di kebun anggur dekat Perth, dan di sebuah kebun pembibitan pohon dekat kota Donnybrook, Australia Barat.
Tinggal di sebuah hostel, Amy mengatakan, ia memahami mengapa Menteri Keuangan Australia membuat keputusan itu, meskipun akan menyakiti turis sepertinya.
"Jika Anda bekerja, Anda harus membayar pajak, itulah yang diajarkan kepada saya selama ini,” tuturnya.
Warga Taiwan, Ryan Hsu, datang ke Australia dengan visa kerja tujuh tahun yang lalu.
Sekarang ia telah menjadi penduduk tetap, ia percaya, orang-orang akan tetap datang ke Australia pada hari libur, seperti yang ia lakukan, karena mereka ingin mengeksplorasi.
Tapi ia juga berpikir, keputusan Pemerintah Federal akan berdampak pada pekerja di luar negeri.
"Tapi ini aturan pemerintah, sehingga Anda tak bisa berbuat apa-apa," kata Hsu.
Para turis ‘backpacker’ (berbujet rendah) yang bekerja di Australia berujar, mereka tak mungkin pergi jauh atau tinggal selama mungkin
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Didesak Percepat Ekspor Militer ke Australia
- Satu Lagi Sekolah di Australia Menutup Program Studi Bahasa Indonesia
- Dunia Hari Ini: Bom Amerika dari Era Perang Dunia II Meledak di Jepang
- Sebuah Laporan Menunjukkan Tindakan Rasisme yang Terjadi di Lembaga Penyiaran Australia ABC
- Dunia Hari Ini: Perdana Menteri Jepang Baru Akan Menggelar Pemilu Dadakan
- Dunia Hari Ini: Israel Serang Yaman, Menyebut Menargetkan Kelompok Houthi