Pak Amat Pantang Meludah di Depan Mayat

Sementara, melepas baju, kata dia, tidak memiliki tujuan apa-apa, selain agar bau busuk tidak melekat di pakaian.
Amat tidak pernah terpengaruh oleh bau yang ditimbulkan oleh jenazah. Bahkan ketika orang-orang merasa mual dan tidak tahan, ia mengaku tidak terpengaruh.
“Tetap makan biasa, biar bau, mungkin itulah kelebihan saya,” tukasnya, merendah.
Tidak heran kalau dia seringkali ikut membantu proses visum di Dokkes. Biasanya dokter-dokter baru ataupun mahasiswa magang dari fakultas kedokteran yang menemani dokter forensik Kompol dr. Edi Hasibuan, yang biasa melakukan visum, masih takut-takut saat memegang mayat yang sudah membusuk.
“Saya bilang siram-siram jak, buang ulat-ulatnya, kate dokter Edi, ha ikuti Pak Amat tu teknis mayat dah hapal dah,” ujarnya menirukan ucapan dr. Edi.
Satu kebiasaan unik Amat adalah tidak menggunakan sarung tangan dan masker saat mengurusi jenazah.
Ia mengaku pernah dinasehati dr. Edi terkait kebiasaannya ini karena berisiko secara medis. Namun Amat tidak terlalu perduli. “Kalau udah mati, matilah dia,” ujarnya santai.
Sejauh ini ia tidak pernah terkena penyakit apapun akibat kebiasaannya tersebut. “Ngurus jenazah pengidap HIV jak tak pake sarung tangan, nyaman jak aku megang-megang badannya,” jelasnya.
PAK Amat, begitu biasa dipanggil. Dia sudah akrab dengan bau mayat. “Kalau leher baju terasa ditarik orang dari belakang, padahal di belakang
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu