Pak Jokowi! Korban di Riau Sudah Tembus 57 Ribu Orang, Bukan Hewan
Saya tidak pernah mengerti, sekaya ini negeri kita, apalah artinya membeli masker standart tanggap darurat bencana pencemaran udara seperti N95. Mengapa hanya selalu masker kue berwarna hijau itu saja yang diberikan? Apakah karena harganya cuma Rp1.000 perak dan tidak ada anggaran seharga masker standart yang (CUMA) Rp9 ribu itu?
Tapi bukankah ini soal nyawa, yang katanya tak ternilai harganya. Atau jangan-jangan, memang harga nyawa rakyat kini sudah tak ada artinya lagi?
Korban sudah berjatuhan di Riau, angkanya sudah tembus 57 ribu. Itu manusia semua Pak, bukan hewan. Satu persatu bayi, balita, anak-anak dan lanjut usia, termengap-mengap karena asap. Mereka menghirup racun berbulan-bulan. Siang dan malam, 24 jam...!
Rakyat kalian bertumbangan. Sementara jutaan lainnya, seolah mengantar nyawa. Tak pernah ada sosialisasi betapa mengerikannya dampak asap, ketika partikel udara berbahaya mengendap di paru-paru untuk sekian tahun ke depan. Sehingga di jalan-jalan, di pasar, di rumah-rumah, meski sudah diserbu asap, mereka tak pernah menggunakan masker-masker standart itu. Sudah 17 tahun mereka menjadi korban asap, mereka mencoba berdamai dengan kondisi apa adanya.
Maaf Pak Jokowi, Pak Gubernur dan Bupati/Walikota. Demi nyawa saudara-saudara di Riau, saya tak bisa menjaga gengsi lagi, saya sudah tak tahan lagi. Di depan mata saya, dua keponakan yang masih berusia 1,5 tahun dan 2,5 tahun harus menahan sakit karena asap. Keponakan teman saya, yang berusia 3 tahun, sudah almarhum minggu lalu. Anak seorang guru, harus membiru karena kekurangan oksigen. Anak SD, seorang PNS, seorang Ibu rumah tangga dan banyak lainnya, juga sudah meregang nyawa. Belum lagi di kampung-kampung dan dusun-dusun yang tak pernah mengerti tentang Puskesmas. CUKUP! GENOSIDA ini sudah keterlaluan.
Andaipun kami rakyat harus mati terbiarkan, paling tidak kami berikhtiar untuk bertahan hidup dengan apa saja yang sekiranya bisa membantu mengurangi derita.
Hari ini, broadcast postingan saya tentang betapa kampretnya penanganan yang dilakukan pemerintah pada saat bencana, Alhamdulillah mendapat respons luar biasa. Saya orang melayu, biasanya bertutur kata dengan santun dan sopan. Tapi ini kejadian sudah di luar batas prikemanusiaan yang mengaduk emosi hati dan emosi jiwa.
Banyak yang bertanya, bertubi-tubi sepanjang hari, apa yang bisa mereka bantu untuk saudara-saudara di Riau. Saya bahkan terharu, pertanyaan itu datang dari banyak masyarakat negeri tetangga, Singapura dan Malaysia. Mereka semua tergerak untuk membantu. Subhanaallah.
JAKARTA - Bencana kebakaran hutan dan lahan masih terjadi. Riau menjadi salah satu daerah yang terparah terkena dampak asap meski titik api di sana
- Sebelum Pergi ke Gedung Gymnasium, Mahasiswa UPI Terlibat Cekcok dengan Mantan Kekasihnya
- PMI Penyumbang Devisa Terbesar Kedua, UT Dorong Tingkatkan Kompetensi
- Kasus Mahasiswi UPI Tewas Terjatuh dari Gedung, Polisi Singgung soal Asmara
- Kapal Mati Mesin di Perairan Wanci, Penumpang Dievakuasi Tim SAR Wakatobi
- Benahi Infrastruktur, BP Kembangkan Batam sebagai Destinasi Investasi Unggulan di RI
- Perkuat Komiditas Pangan, Pertamina Dukung 13 Kelompok Perhutanan Sosial