Pak Jokowi Mulai Membaca Titik Kelemahannya
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Faris Thalib menilai, diangkatnya Jenderal (Purn) Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan dan Jenderal (Purn) Agum Gumelar sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) jelang Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, memberi sinyal politis yang kuat.
Direkrutnya dua tokoh tersebut masuk ke lingkaran Istana, kemungkinan sebagai salah satu strategi Presiden Joko Widodo memperkuat pengaruh politiknya di kalangan militer.
"Apalagi Moeldoko misalnya, beberapa waktu lalu menjabat Panglima TNI dan santer diisukan menjadi penantang Jokowi. Tentu masih memiliki pengaruh yang cukup kuat di militer," ujar Faris kepada JPNN, Kamis (25/1).
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Studies (IPS) ini, Jokowi penting memperkuat pengaruhnya di militer, demi menyeimbangkan kekuatan yang dimiliki menghadapi Pemilu 2019.
Apalagi mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut telah digadang-gadang maju kembali sebagai calon presiden.
Selama ini, Jokowi lebih dikenal sebagai representasi kekuatan sipil. Jika militer tidak dirangkul erat, dikhawatirkan bakal dimanfaatkan saingan politik untuk meraih kemenangan nantinya.
"Jadi seperti langkah antisipasi Jokowi dalam meng-counter kekuatan-kekuatan yang dinilai potensial menjadi lawan," ucapnya.
Faris kemudian mencontohkan nama mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Belakangan terkesan agresif menunjukkan keinginan tampil sebagai kekuatan politik baru. Hal tersebut tentu patut diantisipasi.
Dengan masuknya Agum Gumelar dan Moeldoko, Jokowi merangkul kekuatan dari kalangan militer.
- Jokowi Seharusnya Tidak Memanfaatkan Prabowo Demi Kepentingan Politik Pribadi
- Prabowo dan Jokowi Bertemu di Surakarta, Lalu Makan ke Angkringan
- Akbar Yanuar
- Mengintip Spesifikasi Mobil Maung Garuda yang Ditumpangi Prabowo dan Jokowi, Sangar
- Presiden Prabowo Bawa Bobby Tinggal di Istana Negara, Lihat Tuh
- Jokowi Resmi Lengser, Prabowo Kini Menjabat Presiden RI