Pak Raden, Ngamen untuk Perjuangkan Hak Cipta Karya
Tak Dapat Apa-Apa dari Jerih Payah si Unyil
Senin, 16 April 2012 – 06:06 WIB

Tokoh kenamaan dalam serial boneka Si Unyil, Drs Suyadi atau lebih dikenal dengan Pak Raden 'mengamen' di rumahnya di Jakarta, Sabtu (14/4), untuk memperjuangkan hidupnya dan hak cipta atas si Unyil. Foto : Raka Deny/Jawa Pos
Boneka si Unyil pernah ngetop pada era 1980-1990-an. Meski kini versi aslinya sudah tidak tayang lagi, sosok Unyil masih laku di layar kaca dengan beberapa modifikasi. Ironisnya, Suyadi, si pencipta tokoh idola anak-anak itu, kini hidupnya merana.
THOMAS KUKUH, Jakarta
SOL do iwak kebo, re mi fa sol iwak tongkol‚ mi re, mi re, gule kare enak rasane. Pria paro baya yang kumisnya tebal hampir memenuhi pipi menyanyikan lagu khas Jawa Timuran itu dengan suara yang menggelegar. Dia bernyanyi riang, hingga alisnya yang lebat turut bergerak-gerak mengikuti ekspresinya yang ceria.
Siapa pun pasti mengenal pemilik suara lantang tersebut. Ya dia adalah Pak Raden, tokoh antagonis dalam serial film boneka si Unyil. Mengenakan kostum kebesaran, baju surjan, kumis tebal dan blangkon di kepala‚ seniman yang punya nama asli Suyadi itu turun ke jalan. Dia "ngamen" di teras rumahnya.
Para tetangga dan penggemarnya memadati bangunan mungil di Jalan Petamburan III No 27, Tanah Abang Jakarta Pusat. Mereka rela berdesak-desakan menyaksikan Pak Raden bernyanyi dan mendongeng. Masih seperti saat membintangi film anak-anak yang disiarkan TVRI itu. "Terima kasih sudah datang dan mendukung aksi saya," kata Pak Raden menyapa semua orang yang memenuhi rumahnya yang berukuran 6 x12 meter itu.
Boneka si Unyil pernah ngetop pada era 1980-1990-an. Meski kini versi aslinya sudah tidak tayang lagi, sosok Unyil masih laku di layar kaca dengan
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu