Pakai Mesin Ketik Kuno, Siapkan Buku Keseratus
Selasa, 23 April 2013 – 16:14 WIB
"Tapi, saya lebih banyak menulis pada pagi itu. Enak sekali menulis pada jam-jam seperti itu. Tenang, inspirasi mengalir deras," terangnya.
Pukul 07.00, dia baru beraktivitas ke luar kantor. Entah memberi kuliah, memberi pelayanan kepada jemaat, atau menghadiri undangan seminar. "Saya kerap mendapat undangan seminar atau menjadi pembicara," akunya.
Siangnya, kalau sempat pulang, biasanya Romo Tondo memanfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat satu"dua jam. Setelah itu, dia beraktivitas lagi. Pulang ke rumah sekitar pukul 21.00. Dia melanjutkan keasyikannya di depan mesin ketik. "Paling cepat pukul 23.00 saya baru bisa tidur," tuturnya.
Romo Tondo mengakui bahwa "gen menulis" itu didapatnya dari keluarga nenek moyangnya, termasuk Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi perempuan yang merupakan adik kakeknya.
Produktivitas Prof Dr KRMT John Tondowidjojo Tondodiningrat dalam menulis buku tak lepas dari "gen menulis" keluarga nenek moyangnya, Adipati
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala