Pakar Australia Menilai Maraknya Jilbab di Indonesia Tak Perlu Jadi Fobia
“Di Australia Anda tidak akan pernah mendapat KFC dengan nasi. Agar bisa diterima, KFC hadir di Indonesia dengan citarasa lokal juga, menyuguhkan nasi dengan ayam. Namun, substansinya sama, tetap saja ayam goreng,” terangnya.
Dosen Senior Fakultas Humanities Flinders University F Firdaus, penulis khazanah nusantara, gender dan Islam dari Jakarta Ayu Arman, Pakar hukum Indonesia dari University of Melbourne Professor Tim Lindsey, Associate Professor Nadirsyah Hosen (Wollongong University), dan pakar seni dan budaya dari Jawa Barat Satria Akbar
Menurut keterangan yang diperoleh ABC Australia Plus Indonesia, kegiatan diskusi ini diselenggarakan oleh Program Jembatan Flinders University.
Diskusi ini sekaligus menjadi bagian dari OzAsia Festival, agenda tahunan yang menyuguhkan karya seni internasional setiap musim Semi di Adelaide. Festival tahun ini mengambil fokus Cultural Delights of Indonesia dari 24 September – 4 Oktober 2015.
Eko Supriyanto (Cry Jailolo), Teater Garasi (The Street), Melati Suryodarmo, seniman disabilitas Yogyakarta, Nani Losari (Topeng Cirebon) serta seniman Indonesia lainnya, turut ambil bagian dalam festival yang melibatkan audiens dengan berbagai latar seni, tradisi, dan sejarah yang berasal dari panorama kebudayaan kawasan Asia.
Pakar hukum Indonesia dari Melbourne University Professor Tim Lindsey memandang tidak ada alasan untuk fobia terhadap maraknya pemakaian jilbab
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan