Pakar ITB: Terlalu Dini Menyebut Petir Tidak Terjadi Saat Kebakaran Tangki Balongan

Pakar ITB: Terlalu Dini Menyebut Petir Tidak Terjadi Saat Kebakaran Tangki Balongan
Sejumlah warga menyaksikan kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan, Indramayu, Senin (29/3/2021). Foto: ANTARA/Khaerul Izan

jpnn.com, INDRAMAYU - Kepala Pusat Penelitian Petir, Lightning Research Center (LRC), Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI)- Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Reynaldo Zoro menilai, Lightning detector milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kurang akurat untuk melakukan evaluasi detail.

“Peralatan yang dipakai BMKG bukan untuk evaluasi detail. Lebih banyak ke arah cuaca. Jadi masih terlalu pagi kalau BMKG mengatakan petir tidak terjadi di daerah sekitar Balongan pada saat kebakaran tangki Pertamina,” kata Zoro.

Menurut Zoro, terdapat dua hal penting untuk melakukan evaluasi mengenai lightning detection system. Pertama adalah local accuration dan kedua detection efficiency.

Zoro menilai, bahwa peralatan BMKG tidak bisa untuk kedua hal tersebut.

“Makanya kalau mau evaluasi, kita harus menggunakan data yang baik dan alat yang canggih. Kalau peralatan BMKG itu agak berbeda,” tutur Zoro.

Zoro kemudian membandingkan data-data lain yang justru berbeda dibandingkan data BMKG.

Termasuk data satelit Himawari yang dikenal sangat akurat. Berbagai data menyebut, bahwa di sekitar Balongan sekitar pukul 00.00-03.00 WIB, terjadi pergerakan badai petir.

“Bahkan menurut pengamatan Himawari, dari sore sampai pukul 05.00 pagi. Dan konsentrasi petir tertinggi justru berada pada waktu yang diklaim BMKG,” lanjutnya. 

Masih terlalu pagi kalau BMKG mengatakan petir tidak terjadi di daerah sekitar Balongan pada saat kebakaran tangki Pertamina.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News