Pakar Kesehatan Dunia Berbagi Saran soal Cara Hidup Bersama COVID-19
"[Di Montreal] ketika kami pergi ke restoran, kami boleh masuk jika memilikinya, kami masuk dan keluar dengan masker dan kami melepasnya hanya untuk makan," kata Profesor Gatignol.
"Meja dipisahkan dengan kaca dan pertemuan maksimal 10 orang dari tiga rumah tangga yang berbeda."
Vaksinasi saja tak cukup di Singapura
Singapura masih melewati tantangan besar dalam menangani pandemi COVID-19.
Dengan salah satu tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, Singapura berencana membuka kembali perbatasannya secara bertahap setelah 80 persen dari warganya mendapat dua dosis vaksin.
Tetapi selama dua bulan terakhir, kurva penularan dan angka kematian di Singapura terlihat paling curam sejauh ini, dengan jumlah kasus harian meningkat menjadi rata-rata sekitar 2.700 dan 13 kematian per hari.
Profesor Yik-Ying Teo, Dekan Saw Swee Hock School of Public Health di National University of Singapore, mengatakan negara-negara lain, seperti Australia, "harus bersiap" dengan peningkatan jumlah penularan.
"Dan dengan lonjakan penularan, akan ada peningkatan kebutuhan rumah sakit," katanya.
"Dan saya akan mendorong [pemerintah Australia] untuk mengomunikasikan kepada publik bahwa vaksinasi saja tidak akan cukup."
Banyak negara sudah mulai mencoba untuk bisa kembali hidup normal bersama virus corona penyebab COVID-19
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya