Pakar Menilai Ada 'Perhitungan Tidak Cermat' dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
'Perhitungan yang tidak cukup cermat'
Semuanya bermula dari kesepakatan Indonesia dengan Tiongkok untuk mengerjakan proyek kereta cepat pada tahun 2015.
Ketika itu, Tiongkok menawarkan dana pembangunan sebesar $5,13 miliar, yang lebih rendah dari tawaran Jepang sebesar $6,2 miliar.
Namun setelah disepakati dan dimulai pada 2016, proyek yang ditargetkan rampung pada 2018 tersebut belum kunjung selesai.
Ditargetkan beroperasi pada tahun 2019, proyek tersebut akhir Maret lalu berada di tahap 88,8 persen dan baru akan diresmikan pada Agustus 2023.
Proyek tersebut juga mengalami pembengkakan biaya sebesar $1,2 miliar.
Ekonom INDEF Andry Satrio Nugroho mengatakan belum pernah ada proyek dengan kerugian "separah ini."
Karena bahkan sebelum rampung, KAI sudah mendapat suntikan sebesar Rp3,2T untuk membiayai proyek tersebut.
"Kalau saya katakan sih sebetulnya ini adalah buah dari perhitungan yang tidak cukup cermat."
Pemerintah Tiongkok meminta jaminan APBN untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang terus molor dan biayanya terus membengkak
- Dunia Hari Ini: Belgia Memberikan Perlindungan Hak Bagi Pekerja Seks
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Tuduh Negaranya Ingin Bersihkan Etnis Palestina
- Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia
- Dunia Hari Ini: Israel dan Hizbullah Saling Tuduh Melanggar Kesepakatan Gencatan Senjata
- Pilkada 2024 Diwarnai Dinasti Politik yang Meningkat dengan Partisipasi Warga yang Rendah
- Reanda International Ungkap Peluang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia