Pakar Menilai Ada 'Perhitungan Tidak Cermat' dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Pakar Menilai Ada 'Perhitungan Tidak Cermat' dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Seorang pekerja mendorong gerobak di lokasi pembangunan terowongan Walini proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kabupaten Bandung Barat, provinsi Jawa Barat, 21 Februari 2019. (Reuters)

"Tidak hanya kita berbicara mengenai molornya operasi dari kereta cepat ... tapi juga ada cost overrun yang cukup besar dan bunga yang ditanggung pemerintah tidak sesuai kesepakatan di awal."

Andry menilai bahwa proyek dengan Tiongkok ini dinyatakan lebih merugikan bila dibandingkan dengan tawaran Jepang dengan ongkos pembangunan senilai $6,2 miliar.

Alih-alih menyebutnya 'debt trap' atau jebakan utang seperti kebanyakan orang, Andry mengatakan proyek tersebut "bahasa kasarnya seperti lintah."

"Mungkin bukan debt trap, prosesnya lebih seperti menyedot terus-terusan setiap tahun. Ini yang menurut saya menjadi masalah," katanya.

"Dia akan menyedot setiap tahun untuk PMN [Penyertaan Modal Negara] ini sendiri. Ini yang menurut saya jadinya mau tidak mau pasti APBN akan dikeluarkan.

"Karena kalau tidak dilakukan itu dia akan menggerogoti keuangan dari KAI dan anggota dari joint venture yang lain."

Indonesia dirugikan

Andry menilai bahwa dari proyek ini sudah pasti Indonesia menjadi pihak yang dirugikan.

Lebih spesifiknya, kerugian ini juga menurutnya akan dirasakan oleh pemilik bisnis perjalanan di luar kereta cepat tersebut.

Pemerintah Tiongkok meminta jaminan APBN untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang terus molor dan biayanya terus membengkak

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News