Pakar Menilai Ada 'Perhitungan Tidak Cermat' dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Pakar Menilai Ada 'Perhitungan Tidak Cermat' dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Seorang pekerja mendorong gerobak di lokasi pembangunan terowongan Walini proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kabupaten Bandung Barat, provinsi Jawa Barat, 21 Februari 2019. (Reuters)

"Pemerintah kemungkinan besar akan mematikan transportasi lain, atau menyulitkan mereka untuk beroperasi supaya kereta cepatnya laku," katanya.

Ia juga mengatakan jalur kereta dari Stasiun Halim yang tembus di Tegalluar, bukannya Bandung, juga tidak akan menguntungkan konsumen.

"Dari segi biaya itu cukup besar ketimbang kita menempuh kereta yang biasa atau pun menempuh mobil melalui jalur darat," katanya.

Dengan kerugian yang ditanggung Indonesia sejauh ini, Andry menilai bahwa proyek tersebut adalah "shake hand project" atau proyek berjabat tangan.

"Menurut saya jangan-jangan proyek ini bukan melihat dari segi business wise nya saja, tetapi saya katakan ini menjadi istilahnya shake hand project untuk Belt and Road Initiative (Inisiatif Sabuk dan Jalan) masuk ke Indonesia," katanya.

"Karena saya melihat bahwa dari segi perhitungan, bisnisnya meleset bahkan cukup jauh, lalu dari segi visibility nya menurut saya tidak cukup menguntungkan dari segi konsumen bahkan.

"Jadi setelah kereta cepat ini, mulai proyek-proyek dari Tiongkok masuk, dan kita bisa lihat juga bahwa Belt and Road initiative dari segi master plan (rencana besar)nya itu memasukan kereta cepat Indonesia sebagai bagian infrastrukturnya mereka."

Inisiatif Sabuk dan Jalan merupakan strategi pembangunan global yang diadopsi oleh Pemerintah Tiongkok dan melibatkan pembangunan infrastruktur dan investasi di 152 negara.

Pemerintah Tiongkok meminta jaminan APBN untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang terus molor dan biayanya terus membengkak

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News