Pakar: Pemindahan Ibu Kota ke IKN Cacat Perhitungan, Tak Bisa Dicontoh
jpnn.com - JAKARTA - Pakar sosiologi perkotaan dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura Sulfikar Amir mengkritisi cara pikir dari pemerintah soal pemerataan pertumbuhan ekonomi dengan cara membangun Ibu Kota Nusantara atau IKN di Kalimantan Timur.
"Pemerataan pertumbuhan sama sekali tidak ditentukan oleh lokasi ibu kota," katanya dalam Studium Generale IDN Future di Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (17/11).
Sulfikar menyinggung soal pemerataan pertumbuhan di Amerika Serikat yang menurutnya tidak baik di kawasan sekitar ibu kota Negeri Paman Sam itu.
Semisal, pertumbuhan West Virginia, kawasan dekat dengan ibu kota AS, Washington DC yang tidak terlalu positif.
"Lihat ibu kota Amerika Serikat di Washington DC yang ada di pantai timur, justru California yang berada jauh dari ibu kota adalah negara bagian yang paling kaya," ujar Sulfikar.
Dia menilai pemindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN atas nama pemerataan itu sebagai proyek yang tidak berbasis teknokratik dan cacat perhitungan.
Selain itu, kata dia, alasan pemindahan ibu kota karena tidak terbendungnya beban sosial dan ekonomi Jakarta juga tidak relevan.
Menurut Sulfikar, DKI Jakarta masih bisa dibenahi dengan pendekatan dan tata kelola kolaborasi.
Pakar mengkritisi cara pikir pemerintah memindahkan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara atau IKN.
- Fisip UPNVJ Bahas Masa Depan Jakarta setelah Ibu Kota Pindah
- Polemik Pemindahan Balai Kota, Ridwan Kamil: Mas Pram Membingungkan Masyarakat
- Anak Buah Prabowo Ini Sebut Ibu Kota Negara Masih DKI Jakarta
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Pameran AKI 2024 jadi Ajang Mengenalkan Seni Budaya Nusantara
- Prabowo Lantik Pak Basuki Sebagai Kepala Otorita IKN