Pakar PR Crisis: Kemampuan Mahasiswa di Medsos jadi Penentu

Dian selanjutnya membahas tentang isu dan bagaimana isu bisa datang kapan saja. Penting untuk melatih sense of crisis.
Selain dari teori, dia berpendapat melatih sense of crisis juga bisa dari studi literatur dan kasus-kasus yang ada.
“Jangan ditutup, harus open, apalagi di zaman medsos. Ciri khas netizen Indonesia adalah mempunyai keingintahuan yang sangat tinggi sehingga ada tuntutan untuk merespons terhadap kebutuhan publik,' tuturnya.
Mohammad Akbar, seorang jurnalis Republika menjabarkan tentang peran media dalam membentuk persepsi publik.
Perilaku netizen adalah ingin bicara karena itu media ada untuk memberikan topik obrolan. Pandangannya adalah bahwa media mempunyai kaidah dan etika.
“Media yang sudah terverifikasi tidak mencomot berita dari sosial media seenaknya,” ujarnya.
Dia berpesan agar para calon public relations specialist untuk membiasakan diri menulis, khususnya siaran pers.
Dia percaya itu akan melatih menulis informasi untuk tetap berada dalam konteks yang diinginkan penulis.
Pakar PR Crisis mengatakan mahasiswa tidak hanya diukur dari kemampuan akademis tetapi juga dari kemampuannya di media sosial.
- Universitas Terbuka Luluskan 29 PMI di Korea Selatan
- Prodi DKV Untar Dorong Kreativitas dan Bisnis Lewat Pameran CREBO Season 2
- Menko Yusril Pastikan RI Lindungi WNI yang Hadapi Masalah Hukum di Luar Negeri
- Diskusi UU TNI di Kampus, Pangdam I/BB: Kami Terbuka terhadap Kritik
- Kapolda Riau Dorong Mahasiswa Lestarikan Bahasa dan Budaya Melayu
- Perkenalkan Konsep Green Policing di UIR, Kapolda Riau Ajak Mahasiswa Mencintai Lingkungan