Pakar Sebut Migrasi BPA dari Galon ke Air Sulit Terjadi

Praktisi kesehatan dari RSUD Tamansari Jakarta Barat itu lantas meminta masyarakat jangan khawatir dan tidak termakan isu yang tidak jelas.
Eks kepala seksi surveilans epidemiologi dan imunisasi di Dinas Kesehatan DKI Jakarta itu mengungkapkan bahwa hingga kini pemerintah belum menemukan migrasi BPA dari galon ke air minum.
Ngabila melanjutkan saat ini BPOM juga telah menetapkan ambang batas BPA sebesar 0,06 bpj.
"Berarti kita masih aman. Tetapi ya waspada tetap perlu karena kita nggak tahu migrasi itu terjadi berapa banyak karena BPA tidak hanya ada di dalam galon," kata Ngabila.
Ngabila melanjutkan BPA juga ditemukan dalam produk non-makanan seperti mainan, peralatan listrik, perangkat otomotif, peralatan makanan, perangkat medis, peralatan olahraga, kemasan makanan, disket, CD, kertas print dan lain-lain. Artinya, BPA banyak ditemukan dalam barang-barang sehari-hari.
"BPA aman, selama tidak bermigrasi ke manusia dalam jumlah tinggi melebihi ambang batas normal," katanya.
Dokter gizi klinis Karin Wiradarma M.Gizi, SpGK menjelaskan bahwa mengonsumsi air dari kemasan galon polikarbonat tidak akan berdampak negatif terhadap kesehatan.
Hal tersebut dia tekankan menyusul isu miring terkait bahaya meminum air dari galon guna ulang karena terpapar BPA. Sebabnya, masyarakat diminta tidak perlu khawatir apalagi takut untuk air minum dari galon polikarbonat.
Pakar polimer menyebut migrasi Bisphenol A (BPA) dari galon polikarbonat (PC) ke air minum tidak mudah terjadi.
- Program Desalinasi Gubernur Jateng Berhasil, 250 KK di Pekalongan Menikmati Air Minum Gratis
- AQUA Berbagi Kebaikan Ramadan di Masjid Istiqlal
- Yayasan Jiva Svastha Nusantara Gelar Seminar Edukasi Higienitas Air Minum
- KAI Logistik Optimalkan Distribusi Air Mineral Dalam Kemasan
- Pakar Sebut Informasi Air Galon Sebabkan Kemandulan Pembodohan Publik
- Tarif Baru PAM Jaya Tetap Lebih Murah Dibanding Air Jeriken