Pakar Sebut Pergantian Ketum Golkar Seperti Fenomena Blitzkrieg
jpnn.com, JAKARTA - Pakar dari Universitas Pertahanan (Unhan) Dina Hidayana melihat ada fenomena serangan kilat atau blitzkrieg dalam proses pergantian ketua umum di Partai Golkar.
Dina mengatakan yang terjadi di Partai Golkar adalah fenomena blitzkrieg, yakni strategi atau taktik menyerang dan menguasai yang dilakukan secara individu maupun kolektif.
"Serangan bersifat mendadak atau kilat, dan fokus ke tempat sasaran. Sehingga lawan tidak sempat bersiap untuk melakukan pertahanan diri ataupun perlawanan. Hasilnya pun berujung kekalahan," ujar Dina dalam keterangannya, Minggu (25/8).
Lebih lanjut pengajar dan alumnus Doktoral Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) itu menjelaskan taktik atau strategi ini pun sering berlaku di dunia politik.
Karena itu, lanjut Dina, tidak mengherankan peristiwa pergantian kepemimpinan bersifat tidak terduga. Pelibatan kombinasi kekuatan darat, laut dan udara mutlak diperlukan untuk memastikan keberhasilan dari serangan kilat ini.
"Karena tanpa persiapan sistematis dan kontrol penuh maka bak politik bunuh diri bagi sang panglima dan pasukannya," ungkapnya.
Dina menuturkan, Golkar saat ini sedang menghadapi fase pasca serangan kilat. Reintegrasi relatif tidak mudah, karena sempat melewati efek kejut akibat blitzkrieg ini.
Apalagi di tambah isu ada permainan penguasa, termasuk kubu Munas Ancol versus Bali.
Pakar pertahanan Unhan Dina Hidayana menyoroti pergantian Ketum Golkar dari Airlangga ke Bahlil Lahadalia yang seperti fenomena blitzkrieg, ini penjelasannya
- Anggawira: Bahlil Menginspirasi Anak Muda di Pelosok Negeri untuk Menggapai Kesuksesan
- Menko Airlangga Optimistis Indonesia Capai SDGs Pada 2030
- Upaya Menko Airlangga Genjot Kerja Sama Ekonomi Hijau Harus Didukung Penuh
- Pengamat Sebut Bahlil Lahadalia Tokoh Laskar Pelangi dari Indonesia Timur
- Sekjen Golkar: Asuransi Pertanian ala Ahmad Ali-AKA Bikin Warga Semangat Bertani
- Menteri Jokowi Klaim 10 Tahun Ini Perekonomian Kuat, Berdaya Saing Tinggi