Palestina Berprasangka Buruk Terkait Peran Amerika dalam Mediasi Gencatan Senjata

Palestina Berprasangka Buruk Terkait Peran Amerika dalam Mediasi Gencatan Senjata
Sekitar sejuta warga Palestina yang mengungsi di Rafah akibat serangan Israel kini harus mengungsi lagi, meski tidak tahu harus ke mana. (Reuters: Hatem Khaled)

Israel juga disebutnya terus melancarkan perang brutal di Tepi Barat yang diduduki. Menurut dia, serangan Israel di Tepi Barat "tidak kalah berbahaya dengan apa yang terjadi di Gaza."

"Negara penjajah (Israel) terus menghancurkan infrastruktur dan melakukan penangkapan sehari-hari. Perang sedang dilancarkan di tanah Palestina, dan hanya ada satu solusi untuk ini: mengakhiri pendudukan," kata al-Salhi.

Dia menuding Israel melaksanakan proyek yang akan sepenuhnya memisahkan Tepi Barat dari Jalur Gaza.

"Serangan di Tepi Barat menegaskan bahwa proyek Israel bertujuan untuk melanjutkan kebijakan aneksasinya dan menggusur lebih dari 23 suku Badawi, serta memisahkan Tepi Barat dari Gaza," kata dia.

Sejak Israel melancarkan perang brutalnya di Gaza pada 7 Oktober 2023, tentara dan pemukim ilegal Israel telah menewaskan sedikitnya 548 warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki, di tengah meningkatnya kekerasan, penangkapan, penggerebekan, dan serangan.

Lebih dari 37.350 warga Palestina dan lebih dari 85.400 orang lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Selama delapan bulan perang berlangsung, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade akses makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Kota Rafah.

Politikus Palestina menilai keterlibatan Amerika Serikat dalam mediasi gencatan senjata adalah sebuah penipuan besar

Sumber ANTARA

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News