Pamit Pergi ke Sekolah, Pulang Bawa Ikan Tangkapan

Pamit Pergi ke Sekolah, Pulang Bawa Ikan Tangkapan
Perkampungan Suku Bajo Sampela di Desa Sama Bahari, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Foto: Jawa Pos

’’Mereka merasa tidak bebas. Mungkin gurunya harus ahli ya, supaya pelajarannya menarik. Pola pendidikannya juga diarahkan untuk bermain dan belajar,’’ paparnya.

Lantaran sering kabur dari sekolah, nilai rapor anak-anak Bajo rata-rata jelek. Kalaupun naik kelas, mereka sebenarnya dibantu para guru. Karena itu, jangan heran jika ada anak suku Bajo Sampela tetap tidak bisa membaca meski sudah duduk di bangku SMP.  

’’Kepala sekolahnya sampai pusing menghadapi anak-anak SMP tapi tidak bisa baca-tulis. Mau dikembalikan ke SD lagi juga susah,’’ kata kepala desa pertama di Desa Sama Bahari tersebut.

Bukan hanya itu, anak-anak suku Bajo yang sudah pintar melaut rawan putus sekolah. Biasanya saat usia mereka belasan tahun atau memasuki masa ABG (anak baru gede). Karena itu, bila pada awal tahun ajaran jumlah siswa yang daftar banyak, saat kelulusan tinggal segelintir orang.

’’Contohnya tahun ini, yang lulus SMP cuma sembilan orang,’’ kata Suhaele. ’’Anak-anak Bajo mudah mencari uang sendiri dengan berjualan ikan. Makanya, mereka jadi malas sekolah,’’ imbuhnya.

Suhaele menuturkan, anak-anak suku Bajo sangat suka melaut. Baik laki-laki maupun perempuan. Kalau anak laki-laki biasanya ikut sang ayah mencari ikan di laut lepas, anak perempuan mencari kerang, mendampingi ibunya yang memancing atau menombak ikan.

Bedanya, para perempuan suku Bajo mencari ikan di perairan sekitar desa, sedangkan suami mereka melaut sampai ke luar pulau, bahkan berbulan-bulan.

Kecintaan anak-anak Bajo terhadap laut memang berkaitan erat dengan tradisi suku ”gipsi” laut tersebut. Sejak kecil mereka sudah dikenalkan dengan kehidupan laut. Begitu lahir, anak-anak Bajo langsung dimandikan dengan air laut atau diceburkan ke laut.  Menurut sando atau dukun bersalin suku Bajo, tradisi tersebut membuat fisik si bayi jadi kuat. Terbukti, anak-anak Bajo jarang sakit.

Sebelum ada Sekolah On Off, sekolah formal sudah berdiri di perkampungan suku Bajo Sampela di Desa Sama Bahari, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Namun,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News