Panas! Presiden Minta Status Darurat Militer Diperpanjang
jpnn.com, MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta penetapan status darurat militer di kepulauan Mindanao diperpanjang.
Bukan dalam hitungan hari, melainkan hingga akhir tahun nanti. Duterte mengaku, butuh waktu lebih lama untuk membersihkan militan dari seluruh Mindanao.
Batas waktu yang ada saat ini tidak akan cukup.
Duterte menandatangani status darurat militer pada 23 Mei saat militan Maute dan Abu Sayyaf menguasai Kota Marawi di Provinsi Lanao del Sur, kepulauan Mindanao.
Kongres menyetujui langkah Duterte saat itu, tapi status tersebut hanya berlaku selama 60 hari atau berakhir pada 23 Juli mendatang.
Dengan kata lain, Militer Filipina (AFP) hanya punya waktu empat hari untuk menyingkirkan militan Maute dan para pendukungnya dari Marawi.
''Tujuan utama dari perpanjangan ini adalah membuat pasukan kami terus melakukan operasi tanpa dibatasi dengan deadline,'' ujar juru bicara kepresidenan Ernesto Abella membacakan surat Duterte untuk kongres.
Rencananya, pembahasan status darurat militer itu dilanjutkan atau dihentikan Sabtu (22/7). Namun, ternyata pembahasan dipercepat.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta penetapan status darurat militer di kepulauan Mindanao diperpanjang.
- Presiden Duterte Beri Penghargaan Kepada Menkumham Yasonna Karena Lakukan Ini
- Soal Aturan Media Sosial, Presiden Duterte Bersikap Tegas
- Putri Presiden Duterte Siap Maju di Pilpres 2022
- Diprediksi Jadi Cawapres, Presiden Duterte Ternyata Ambil Keputusan Mengejutkan
- Sebut Filipina Dilanda Krisis, Presiden Duterte Ancam Penjarakan Warga yang Abaikan Seruan Pemerintah
- Diselidiki Terkait Pembunuhan Massal, Duterte Ogah Kooperatif