Pancasila Sakti
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Muhammad Hatta, yang baru sehari diangkat menjadi wakil prsiden, mengaku didatangi seorang intel Jepang dan menginformasikan bahwa jika 7 kata itu tidak didrop maka para pemimpin di wilayah timur--yang mayoritas berpenduduk non-muslim--akan menolak bergabung dengan Indonesia.
Bung Hatta, yang biasanya cermat, hat-hati, dan teliti, kali ini percaya begitu saja terhadap informasi itu tanpa melakukan verifikasi yang cermat. Identitas intel Jepang itu pun bahkan tidak jelas.
Ada yang menyatakan bukan informan Jepang, tetapi orang Indonesia yang bertubuh kecil dan bermata sipit mirip orang Jepang.
Berdasarkan informasi itu, Bung Hatta meminta perwakilan Islam agar 7 kata dari Piagam Jakarta itu dihapus.
Ki Bagus Hadikusumo yang menjadi perwakilan Islam menolak permintaan Hatta.
Akan tetapi, Kasman Singodimejo--yang sama-sama punya background Muhammadiyah dengan Ki Bagus—membujuk supaya Ki Bagus menerima usul Bung Hatta untuk menghindari perpecahan.
Ki Bagus mengalah. Tujuh kata itu dihapus, dan sebagai gantinya sila pertama berbunyi ‘’Ketuhanan Yang Maha Esa’’.
Meskipun tidak puas, golongan Islam mau berkorban demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai ideologi yang terbuka dan inklusif, Pancasila tidak bisa didaku oleh satu kelompok saja dan kemudian melakukan eksklusi terhadap kelompok lain.
- Pererat Hubungan Antar-Negara, Perpustakaan Soekarno Garden Bakal Dibangun di Uzbekistan
- Waket Komisi VIII DPR-LDII Ingatkan Persoalan Kebangsaan Hadapi Tantangan Berat
- Kumpul Bareng Komunitas Tionghoa di PIK, Ridwan Kamil Gaungkan Toleransi
- Ahmad Muzani Ungkap Cerita Prabowo Terbitkan PP 47 Hapus Utang Rakyat: Amanat Pancasila
- Presiden Prabowo dan Tantangan Aktualisasi Pancasila
- Dilantik Jadi Presiden, Prabowo Sampaikan Terima Kasih kepada Soeharto hingga Megawati