Pancasila Sakti

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Pancasila Sakti
Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta Timur. Monumen tersebut merupakan penanda tentang peristiwa G30S/PKI. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ditempatkan pada sila pertama supaya bisa memberi ruh religiusitas terhadap Pancasila. 

Pergolakan politik Indonesia sejak masa kemerdekaan sampai sekarang berpusat pada interpretasi terhadap Pancasila. 

Bung Karno memakai Pancasila untuk menjustifikasikan dekrit presiden untuk kembali kepada UUD 1945. 

Dengan Pancasila, dia membubarkan Konstituante, memperkenalkan sistem demokrasi terpimpin, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden seumur hidup.

Segera setelah berhasil mengendalikan situasi setelah upaya kudeta 30 September 1965, Soeharto mengambil alih interpretasi Pancasila dari tangan Soekarno. Satu hari setelah kudeta itu, Soeharto menyatakannya sebagai ‘’Hari Kesaktian Pancasila’’.

Setelah itu, selama 32 tahun masa kekuasaannya, Soeharto memonopoli tafsir terhadap Pancasila. 

Dia memformalkan tafsir Pancasila melalui proyek P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). 

Semua orang harus menghayati dan mengamalkan Pancasila sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh Soeharto. 

Sebagai ideologi yang terbuka dan inklusif, Pancasila tidak bisa didaku oleh satu kelompok saja dan kemudian melakukan eksklusi terhadap kelompok lain.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News