Pandemi, Bisnis Ritel, dan Geliat Kebangkitan Ekonomi
jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, tetapi memicu resesi ekonomi. Berbagai sektor industri tidak dapat melakukan aktivitas secara normal, salah satunya mal.
Retail and Consumer Strategist Yongky Susilo menyatakan, badai virus corona yang menerjang sejumlah negara telah menimbulkan efek kejut luar biasa.
Oleh karena itu, perlu solusi terbaik melalui kebijakan, strategi, dan seni untuk mengelola dinamika penyewa, pengunjung, kondisi karyawan, biaya operasional dan aspek lain.
"Selama pandemi kami mengalami penurunan ekonomi yang dashyat di setiap negara melakukan lockdown. Sehingga penjualan ritel dan hubungan mal semua turun," kata Yongky Susilo dalam diskusi virtual GMT Institute Cost Turbulensi, yang dipandu Anchor Radio Show TV-One Raldy Doy Rabu (28/4).
Menurut dia, penyebaran dan mutasi Covid-19 membuat mobilitas masyarakat terbatas dan mengesampingkan kegiatan yang tidak mendesak.
Hal itu, berdampak langsung terhadap kunjungan ke mal.
"Saat ini bisa fokus ke hal-hal penting, bisa survive. Memang konsumen itu beralih, orang tidak berbelanja yang tidak perlu," tutur Yongky.
Yongky menyebutkan meski bencana non-alam ini tidak dapat diprediksi kapan akan berlalu.
Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, tetapi memicu resesi ekonomi.
- 5 Strategi Bisnis BNI Menghadapi Tantangan Perekonomian 2025
- Kinerja Ekonomi Nasional Tangguh, Inflasi Terkendali & PMI Manufaktur Ekspansif Lagi
- Strategi BNI Perkuat Bisnis Konsumer & Korporasi untuk Perekonomian Sepanjang 2024
- Bea Cukai Tingkatkan Asistensi Fasilitas Kawasan Berikat ke Perusahaan di Daerah Ini
- Transaksi Program BINA Diskon 2024 Tembus Rp 25,4 Triliun, Ini Harapan Menko Airlangga
- Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Ninja Xpress Dukung UKM 'Go Ekspor'