Pandemi Covid-19 jadi Kado untuk Hari Bumi Sedunia

Pandemi Covid-19 jadi Kado untuk Hari Bumi Sedunia
Pegiat sosial dan lingkungan, Tangguh Sipria Riang. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Peringatan Hari Bumi sedunia pada 22 April kembali mengingatkan manusia sebagai penghuni semesta untuk lebih mencintai alam dan memberi ruang bagi lingkungan agar beristirahat dari polusi.

Hari Bumi itu untuk memperingati peristiwa 20 juta rakyat Amerika Serikat turun ke jalan mengecam kerusakan lingkungan pada 22 April 1970.

Menurut pegiat sosial dan lingkungan, Tangguh Sipria Riang kondisi saat ini tidak jauh berbeda dengan peristiwa 50 tahun lalu tersebut.

Hanya saja saat di tengah pandemik virus corona baru (Covid-19) seluruh umat manusia berdiam di rumah.

"Kini, 50 tahun berlalu. Aksi serupa juga terjadi. Bahkan lebih dahsyat. Melibatkan miliaran rakyat dari seluruh dunia. Bedanya, mereka tidak turun ke jalan. Hanya di rumah saja. Untuk satu tujuan, menyehatkan bumi," kata Tangguh.

Menurutnya, aksi massal yang dilakukan saat ini menjadi kado terbaik bagi bumi, termasuk segala makhluk di dalamnya.

"Tepat saat peringatan emas. Bumi kembali bernapas. Bernapas lega tanpa polusi. Tak lama berselang. Beredar foto-foto kota di dunia. Jalanan lengang. Langit dan sungai kembali bersih. Ikan-ikan kembali terlihat di Venezia. Bahkan, ada yang berkelakar, bumi terlihat dari Bekasi," tambah Tangguh.

Pria yang juga  seorang jurnalis ini menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Jepang beberapa bulan lalu. 

Alam semesta untuk sementara bisa bernapas lega di masa pandemi covid-19 karena tidak dipenuhi polusi akibat aktivitas manusia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News