Pandemi oh Pandemi, Bikin Kopi Gayo Menumpuk di Gudang, Tak Ada yang Beli

Pandemi oh Pandemi, Kopi Gayo Menumpuk di Gudang tak Ada yang Beli

Pandemi oh Pandemi, Bikin Kopi Gayo Menumpuk di Gudang, Tak Ada yang Beli
Panen kopi gayo di Rembele, Bener Meriah, Aceh, Rabu (21/11). Foto : Irwansyah Putra/Antara

jpnn.com, ACEH - Pasokan kopi arabika Gayo dari Aceh hingga saat ini menumpuk di gudang karena tak ada permintaan ekspor dari pasar luar negeri sebagai dampak dari pandemi COVID-19.

Ketua Asosiasi Produser Fairtrade Indonesia (APFI) Armiadi di Takengon Kabupaten Aceh Tengah mengatakan permintaan ekspor untuk kopi Gayo saat ini sangatlah sedikit bahkan nyaris kosong.

"Kopi tertumpuk di gudang, kopi tidak terjual, kopi tidak dibeli. Itu kondisi saat ini," kata Armiadi.

Menurutnya, jika pun ada transaksi ekspor kopi Gayo saat ini diprediksi tak lebih dari 10 sampai 20 persen saja.

Sedangkan sisanya, kata dia, menumpuk di gudang tanpa ada permintaan beli dari para buyer luar negeri.

"Banyak persepsi tentang berapa banyak kopi yang tertumpuk di gudang saat ini, secara pasti tidak bisa terdata karena berada di tangan petani dan pedagang lokal. Ada yang memprediksi 15.000 ton, tapi memang tidak tertebak," sambung Armiadi.

Selain itu, kata dia, harga jual kopi Gayo saat ini juga terus menurun. Kondisi ini, menurutnya, juga menyebabkan para pelaku kopi baik di tingkat petani maupun pedagang lokal enggan menjual kopinya kepada eksportir dan lebih memilih untuk menumpuknya di gudang.

"Permintaan dari luar negeri sekarang memang murah, USD 4 diminta, biasanya USD 6 per kilo kopi hijau asala). Jadi masyarakat sekarang juga kalau gak harga mahal mereka tidak jual, mereka menahan," ujarnya.

Harga jual kopi Gayo saat ini juga terus menurun dan tidak ada pemesanan untuk ekspor ke luar negeri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News