Pangan Bukan Komoditas Politik
Oleh: Said Abdullah - Ketua Badan Anggaran DPR RI
![Pangan Bukan Komoditas Politik](https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/normal/2022/07/19/politikus-pdi-perjuangan-yang-juga-ketua-badan-anggaran-dpr-ljgc.jpg)
jpnn.com - Masih tingginya beberapa harga bahan kebutuhan pokok rakyat memang harus menjadi perhatian pemerintahan, seperti bahan pangan yang ditopang dari suplai impor.
Selain harganya masih tinggi, untuk mendapatkannya juga tidak mudah, karena harus berebut dengan negara lain yang impor juga.
Harga beras di pasar internasional masih tinggi, meskipun ada tren turun dibanding Februari lalu, dari 19 USD ke 17, 8 USD per kuintal.
Namun, harga ini rata-rata juga masih tinggi dibanding tahun 2022 dan 2023.
Demikian halnya juga dengan gula. Harga gula di pasar internasional masih 22 USD per pound, lebih tinggi rata rata dibanding tahun lalu yang di kisaran 18-22 per pound.
Beberapa bahan pangan lainnya seperti jagung, kedelai, gandum, dan daging di pasar internasional menunjukkan tren penurunan, inilah kesempatan pemerintah untuk mengamankan pasokan dalam negeri.
Seperti kita ketahui, setiap momentum ramadhan dan perayaan Idul fitri, permintaan terhadap bahan pangan pokok rakyat akan meningkat.
Saya kira pemerintah juga sudah tahu akan tren permintaan tinggi momen seperti ini.
Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah menilai lebih menyedihkan urusan pangan dijadikan komoditas politik pemilu. Orang miskin jadi aset elektoral.
- 66,8 Persen Sarapan Anak Berkualitas Rendah, Ajinomoto Gencar Mengedukasi Masyarakat
- Perlu Keputusan Politik Negara saat Pemerintah Mau Melibatkan TNI Urus Pangan
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai hingga Bawang Putih Masih Tinggi
- Luhut Blak-blakan soal Bansos Rp 500 Triliun yang Selama Ini Tak Tepat Sasaran
- Pertumbuhan Tinggi dan Berkualitas, Mungkinkah?
- Jangan Khawatir, Stok Pangan Aman Jelang Ramadan 2025