Panggilan Yang Terhormat Bukan Berarti DPR Gila Hormat
"Panggilan yang terhormat tidak dimaksudkan sebagai saya gila hormat atau ingin dihormati. Namun, lebih mengingatkan kepada kami anggota DPR untuk berperilaku terhormat. Ini esensinya," ungkap Arteria, Rabu (13/9).
Menurut dia, saling menghormati di forum rapat antara lembaga negara berguna untuk membagun dialektika kebangsaan yang rukun dan harmonis.
Dia juga meminta media yang memberitakan peristiwa itu untuk menulis laporan yang objektif, fair, dan mengedukasi masyarakat.
Menurut Arteria, masih banyak wakil rakyat yang bekerja dengan baik.
"Perlu untuk diketahui bahwa pembicaraan saya dalam rapat tersebut sekitar 18 menit. Bahkan saya dengan tegas mengatakan bahwa saya siap mundur jika KPK dibekukan. Ini merupakan komitmen saya mendukung penguatan dan perbaikan KPK. Namun, sama sekali tidak menjadi bagian dalam pemberitaan," jelas Arteria.
Bahkan, saat rapat antara Komisi III dengan KPK pada Senin dan Selasa lalu, Arteria tidak melihat dialektika kebangsaan.
Menurut dia, ada dinding besar dan “bersekat", bukan sebagai balutan keluarga besar Indonesia.
"Saya cinta KPK. Saya cinta NKRI,” tegas Arteria. (jpnn)
Pergunjingan tentang panggilan yang terhormat untuk anggota DPR menjadi viral.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Usut Tuntas Kasus Penembakan Polisi di Solok Selatan: Menunggu Implementasi Revolusi Mental Polri
- DPR Dukung Penuh Menko Polkam Lindungi Pelajar dari Judi Online
- Cucun Hadiri Kolaborasi Medsos DPR RI dengan Masyarakat Digital di Lembang
- SHP Pemprov Bali Belum Dicoret dari Daftar Aset, Wayan Sudirta DPR Minta Penjabat Gubernur Taati Hukum
- Melly Goeslaw: Revisi UU Hak Cipta Solusi Hadapi Kemajuan Platform Digital
- Komisi III DPR Menghadapi Dilema dalam Memilih Pimpinan dan Dewas KPK, Apa Itu?