Pangkostrad, Anak Medan yang Nakal

Pangkostrad, Anak Medan yang Nakal
Pangkostrad Letjen TNI Azmyn Yusri Nasution (paling kanan) bersama Romo Broto di halaman Gereja Kathedral, Jumat (30/9). Foto: Soetomo Samsu/JPNN

Saat di Gereja Kathedral, didampingi Romo Broto,  pria yang mengeyam pendidikan di sejumlah negara itu juga tak sungkan masuk gereja, mengagumi arsitektur bangunan gereja.

"Jangan ada pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat di Sumut yang membuat pengkotak-kotakan berdasarkan suku dan agama. Jangan dipilah-pilahkan, itu sangat tidak baik," pesannya saat ditanya kondisi Sumut saat ini.

Budaya Batak, katanya, juga sangat membentuk karakternya. "Harus diingat, agama itu belakangan lahir, adat budaya duluan," katanya. "Budaya, dalihan na tolu. Itu yang membuat Sumut bertahan, tak terganggu oleh pengaruh upaya perpecahan dari luar," imbuh pria yang mengawali karir militer sebagai Danton 1/A Yon 521 DAM VIII/Brawijaya, itu.

Penugasan militer, yang selalu di operasi dan tak pernah di intelijen, membuatnya lebih bersifat terbuka dan selalu berpikiran positif.  "Berpikir positif, kreatif, dan optimis. Kalau di intelijen, harus curiga terus," ucapnya berseloroh.

GAYANYA khas militer. Tapi, begitu bicara soal kampung halaman, jenderal bintang tiga kelahiran Medan 1954 itu begitu rileks dan antusias. Kenangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News