Panglima TNI Yakini Rakyat Indonesia Kesatria Tak Takut Mati
jpnn.com, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi salah satu pembicara dalam seminar bertema Pancasila dan Integrasi Bangsa yang digelar Fraksi PKS di gedung DPR, Jakarta, Rabu (27/9). Gatot memaparkan bagaimana menjaga Pancasila ideologi negara sebagai pemersatu bangsa.
Gatot memulai paparannya dengan dengan melihat kondisi global. Dia mencontohkan konflik The Arab Spring hingga Eropa dan Amerika yang hampir semuanya berlatar persoalan energi.
“Setelah diteliti, 70 persen konflik di dunia ini berlatar belakang energi,” kata perwira tinggi TNI kelahiran Tegal, Jawa Tengah itu.
Menurut Gatot, kondisi itu bukan tanpa sebab. Dia menjelaskan, penduduk dunia saat ini sudah mencapai 7,5 miliar atau melewati batas normal kemampuan Bumi yang hanya mampu menampung 3-4 miliar jiwa. Yang mengerikan lagi, lanjutnya, sumber energi dari minyak dan gas diprediksi akan habis pada 2056 dan penduduk dunia saat itu mencapai 14,5 miliar jiwa.
Pengganti energi minyak nanti disebut-sebut bersumber dari tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit dan sebagainya. Menurut Gatot, berbicara tumbuhan tidak bisa lepas dari sekitar 38 negara di garis ekuator yang berada di Asia, Amerika Selatan, Oceania maupun Afrika.
Karena itu bisa dibayangkan jika nanti negara yang kehabisan energi kemudian melirik ekuator. Tumbuh-tumbuhan yang awalnya hanya digunakan untuk makanan, peruntukannya juga akan dimanfaatkan untuk sumber energi bagi miliaran manusia.
“Apa yang terjadi? Itulah yang dikatakan presiden bahwa sekarang terjadi kompetisi global. Semua negara berkompetisi menyelamtakan penduduknya. Dan ekuator menjadi tempat yang strategis,” katanya.
Lebih lanjut Gatot menjelaskan, jika Arab Spring lebih banyak dilatarbelakangi masalah energi, maka konflik di wilayah ekuator nanti diprediksi bertalar belakang ekonomi. Penduduk yang berada di wilayah krisis energi akan berpindah ke ekuator.
“Di sinilah akan terjadi kompetisi global,” katanya.
Saat ini, kata Gatot, hegemoni-hegemoni kekuatan yang ingin menguasai dunia sudah mulai kelihatan. Caranya adalah menciptakan kultur global lewat berbagai buku, paradoks dan lainnya sehingga lahirnya nila-nilai global, pluralisme yang dipaksakan mengganti budaya di negara-negara lain agar terjadi penyeragaman.
“Dalam konteks ini maka tradisi lokal akan diubah dalam kultur global kemudian dibuat transisi global,” katanya.
Bagaimana Indonesia? Gatot menegaskan, dalam konteks itulah Pancasila sebagai ideologi mampu melindungi bangsa. “Pancasila yang merupakan intisari nilai luhur bangsa yang diambil dari budaya daerah masing-masing, kearifan lokal dan agama,” kata Gatot.
Dia menambahkan, penduduk Indonesia juga merupakan kumpulan kesatria dan patriot. Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari 34 provinsi, 416 kabupaten, dan 98 kota atau 7.024 kecamatan dan 81626 desa,.
Indonesia memiliki 17.504 pulau, 1.100 lebih bahasa lokal, hingga 1.340 lebih suku. Setiap daerah di Indonesia punya pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan.
Namun, beragam suku yang ada di Indonesia tetap bisa akur karena memegang teguh Pancasila. “Karena terbukti melakukan perjuangan terus menerus dan tidak ribut,” kata Gatot.
Gatot menuturkan, kondisi itu berbeda dengan yang terjadi di Afghanistan. Menurutnya, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Ahmadzai pernah menuturkan di negaranya hanya ada tujuh suku, tapi mereka selalu terlibat konflik yang tak kunjung selesai.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan, rakyat Indonesia pasti akan bergerak jika diperlakukan secara salah hingga harga dirinya terusik.
- Refleksi Akhir Tahun, BPIP Komitmen Jaga dan Kuatkan Pembinaan Ideologi Pancasila
- Panglima TNI Menunjuk Letjen Nugroho Sulistyo Budi menjadi Kepala BSSN
- Terbit SK Panglima TNI, Mayjen Ariyo Windutomo Dilantik Jumat Pagi
- Waket Komisi VIII DPR-LDII Ingatkan Persoalan Kebangsaan Hadapi Tantangan Berat
- Di Hadapan Menhan-Panglima TNI, Legislator Bicara Kasus di Sumut, Prajurit Jangan Terpancing
- Kumpul Bareng Komunitas Tionghoa di PIK, Ridwan Kamil Gaungkan Toleransi