Panitia Adhoc MPR dan Aspirasi Suara Masyarakat

Oleh: Agus Widjajanto - Pemerhati sosial budaya, politik dan hukum, tinggal di Jakarta

Panitia Adhoc MPR dan Aspirasi Suara Masyarakat
Pemerhati sosial budaya, politik dan hukum, tinggal di Jakarta Agus Widjajanto. Foto: Dokumentasi pribadi

Lembaga MPR sebagai representatif dari fungsional yakni sebagai penuntun, memberi petunjuk arah yang akan dituju (Kompas) kepada Eksekutif melalui GBHN agar eksekutif bisa  membuat repelita setiap lima tahunan untuk jangka pendek, dan menyusun untuk jangka menengah serta jangka panjang bagi bangsa ini ke mana arah rencana yang akan dicapai.

Lebih baik dilakukan kajian secara Akademis dengan melibatkan bukan saja ahli hukum tata negara, akan tetapi juga dari ahli sosiologi dan ahli sejarah agar kajianya lengkap dan komprehensif dari berbagai sudut.

Kita juga harus belajar dari sejarah masa lalu, tidak harus berkiblat pada negara tertentu dalam membentuk sistem ketatanegaraan kita sendiri, dimana kita sebagai bangsa yang berdaulat mempunyai karakteristik sendiri, berdasarkan warisan luhur dari para pendiri bangsa dan dari nenek moyang kita dalam mengelola negara.

Bahwa kita sebagai bangsa pernah mengalami kejayaan pada masa abad ke-8 (delapan) saat kerajaan besar Mataram Hindu berkuasa, yang peninggalannya bisa kita lihat dan nikmati hingga saat ini berupa candi Borobudur dan candi Prambanan.

Pada masa kejayaan tersebut bangsa ini sudah berlayar dan menjelajahi Madagaskar dan tanjung Harapan di Afrika serta Tiongkok dan menguasai kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara dengan kapal Jung Jawa sesuai tergambar dalam relief dari candi Borobudur.

Sayang akibat dari bencana alam gunung Merapi meletus, akibat dari pada posisi pulau Jawa sebagai cincin gunung berapi, pada pemerintahan Raja Dyah Wawa yang memerintah kerajaan Mataram Hindu pada periode terakhir di Jawa Tengah, sebelum hancur diterpa lahar gunung berapi, menantu dari Raja Dyah Wawa, yakni Mpu sendok sebagai penerus takta memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur.

Dari Mpu Sendok inilah lahir dinasti Isyana dimulai dari Sri Isyana tungga Wijaya yang merupakan istri raja Bali Sri Lokapala, yang berlanjut pada Darmawangsa teguh, Mahendradatta istri Udayana Marwadewa hingga Raja Airlangga yang bergelar Airlangga Ananta wikramo tungga dewa.

Saat memerintah Mataram Hindu Mpu Sendok terkenal adil bijaksana ia selalu berusaha memakmurkan rakyat nya dengan membangun irigasi untuk pertanian , sebagai penganut Hindu yang kuat, Mpu sendok sangat menjaga toleransi terhadap pemeluk agama Budha Mahayana, sebagai wujud Ke Bhinekaan.

Wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) telah direduksi atau dipangkas saat terjadi amendemen UUD 1945 hingga ke empat kali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News