Panji Hadisoemarto, Kandidat Doktor Ilmu Virus di Harvard University
Awalnya Nekad, lalu Berbuah Beasiswa Lima Tahun
Kamis, 24 November 2011 – 07:57 WIB
Padahal, menurut dia, sebenarnya ada banyak hal yang bisa diambil dari proyek Namru. "Dari sisi ilmiah, sangat menguntungkan penelitian di Indonesia. Tapi, bagaimana lagi, penelitian tak bisa dipisahkan dari politik," kata pria 35 tahun itu.
Panji lantas melanjutkan pendidikannya dengan mengambil master di Institute of Public Health, Georgia State University, Atlanta. Lulus dari sana dia melamar masuk program doktor ke Harvard. "Waktu itu saya bingung juga bagaimana kalau diterima. Soalnya belum ada beasiswa. Ternyata, kuncinya, lamar dulu, uang akan mengikuti," ceritanya.
Hari-hari di Harvard kebanyakan diisi dengan belajar, baik itu berada di kelas maupun di luar kelas, mengerjakan tugas, membaca artikel, atau berdiskusi kelompok. "Beban studi di sini memang sangat berat. Di sini setiap semester mahasiswa mengambil rata-rata 15?20 SKS (4?6 kelas). Setiap kelas biasanya bertemu dua kali dalam seminggu, beberapa dengan tambahan satu sesi laboratorium," kata Panji menceritakan hari-harinya di Harvard.
Setiap minggu hampir ada tugas tertulis dan tugas baca untuk setiap pertemuan. "Tapi, karena saya berpikir suatu saat pasti akan bermanfaat untuk tanah air, saya jalani saja," imbuhnya.
Di usia yang masih muda, Panji Hadisoemarto bakal meraih gelar doktor dari Harvard University. Di salah satu kampus terbaik dunia itu, Panji mendalami
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala