Pantai Melayu
Oleh: Dahlan Iskan
Akhirnya kami sampai di ujung Pulau Batam. Jembatan indah Barelang kelihatan masih seindah dulu. Marganas bercerita: di atas Danau Toba kini juga ada jembatan indah seperti itu. Ia bangga. Ia lahir di Pulau Samosir. Tidak perlu lagi naik perahu ke pulau di tengah Toba.
Dalam sekejap tiga jembatan lagi kami lewati. Jembatan biasa. Setelah jembatan keempat barulah kami menginjak Pulau Rempang. Pulau terbesar kedua di Batam.
Setelah Rempang masih ada satu jembatan lagi: ke Pulau Galang. Inilah pulau yang dulu dipakai penampungan pengungsi dari Vietnam. Yakni ketika pemerintah yang didukung Amerika Serikat kalah perang lawan Vietnam Utara yang komunis.
Kini pengungsinya sudah menyebar ke berbagai negara. Saya pernah makan Pho di Reno, Nevada utara. Pemilik restoran itu pernah tinggal di Pulau Galang.
Belakangan Pulau Galang dipakai untuk rumah sakit darurat Covid-19. Mudah-mudahan pemerintah sudah berhasil membayar honorarium seluruh tenaga medisnya.
Ke pulau Galang inilah, menurut rencana, penduduk Pulau Rempang dipindahkan. Pulau Rempang harus dikosongkan. Untuk pabrik kaca lengkap, dengan investasi sampai Rp 380 triliun. Investornya Anda sudah tahu: Xun Yi. Dari Guangzhou, Tiongkok.
Sampai Rempang saya justru tidak tahu akan melihat apa. Tidak ada apa-apa. Belum ada apa-apa. Kecuali kampung lama di pinggir-pinggir pantainya.
Ada 16 kampung tua di sepanjang pantainya. Ada yang sudah ratusan tahun. Kampung kecil-kecil. Hanya ada 1 kelurahan di pulau seluas sekitar 17.000 hektare itu. Semua itu harus dikosongkan demi investasi Rp 380 triliun.