Panti Pijat Plus-Plus Jadi Tempat Favorit Baru
Lain halnya dengan panti pijat di Jalan Tunjungan. Lokasinya berada di dekat hotel ternama. Sekilas, bangunan itu tidak terlihat seperti panti pijat karena tidak ada papan nama.
Ketika masuk ke dalam gedung, pengunjung akan disajikan puluhan perempuan yang duduk di sofa. Jumlahnya sekitar 50 perempuan. Mereka mengenakan baju seksi. Pengunjung tinggal memilih, setelah itu langsung membayar Rp 750 ribu di kasir. Setelah semuanya beres, petugas akan mengantar ke kamar.
Ukuran kamar cukup besar. Di dalamnya terdapat kamar mandi dalam, spring bed, serta sofa. Sebelum pijat, pengunjung harus mandi terlebih dahulu. Setelah itu, baru dipijat. Berbeda dengan di Kedungdoro, di Jalan Tunjungan ketika memijat pelanggan, baik terapis maupun pelanggan tidak mengenakan pakaian selembar pun.
Pemijatan pun berjalan sebentar. Hanya 15 menit. Terkesan hanya sebagai syarat. Setelah itu, pengunjung bisa melakukan apa pun sesuka mereka.
Sementara itu, hal tidak jauh berbeda terdapat di panti pijat di kawasan ruko dekat dengan Pasar Burung Bratang. Dari luar panti pijat itu tidak ada yang mencurigakan. Begitu pula ketika masuk ke dalam.
Para terapis yang semuanya perempuan mengenakan pakaian yang tidak terbuka. Yakni, kemeja dan celana jins panjang. Mereka duduk berjejer di sofa sembari memainkan handphone.
Setelah memilih terapis, pelanggan bisa naik ke lantai 2 untuk mulai dipijat. ”Dicopot semua ya pakaiannya. Termasuk CD-nya juga. Biar gak pliket (lengket) nanti kena lotion,” ujar Tari (bukan nama sebenarnya), si terapis.
Pemijatan dimulai dari area punggung dan diakhiri di bagian tangan. Pemijatan tersebut berlangsung sekitar 45 menit. Namun, di sela-sela pemijatan di area tangan, Tari berusaha menawarkan servis lain. ”Sudah atau mau tambah servis yang lain? Murah kok,” ujarnya. Dia hanya memasang tarif Rp 90 ribu untuk pemijatan.
Namun, perempuan 26 tahun itu memasang tarif Rp 300 ribu untuk servis all in. Yakni, layanan pijat sekaligus bercinta. Berbeda dengan tempat lainnya, pembayaran dilakukan langsung antara pelanggan dan terapis. ”Terima kasih ya, kapan-kapan datang lagi,” ucap Tari kepada pelanggan.
Satu bulan lagi, tepatnya 19 Juni, Pemkot Surabaya akan menutup lokalisasi terbesar di Surabaya, yaitu Dolly dan Jarak. Berbagai persiapan sudah
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408