Papua Mencekam, Polisi Dipanah
Jumat, 02 Desember 2011 – 05:50 WIB
Kepada empat pihak itu, mereka meminta untuk mengakui kemerdekaan Papua Barat pada tanggal 1 Desember. Tidak hanya itu, mereka juga menuntut agar keamanan di bumi Cendrawasih bisa kembali kondusif. Salah satunya dengan mengusut dalang penembakan dan pembunuhan yang dilakukan secara misterius.
"Papua harus bebas dari kekerasan militer," teriak pendemo. Pendemo yang menggunakan pakaian adat Papua seperti koteka itu berorasi sekitar 20 menit. Aksi berjalan cukup tertib karena tidak ada pengibaran bendera bintang kejora. Namun, aksesori biru putih merah dengan tanda bintang tidak 100 persen steril.
Pendemo menuangkannya bendera itu melalui poster dan mengecat motifnya ke perut sampai dada. Atribut itu jadi satu dengan berbagai poster yang berisikan tulisan. Seperti Hentikan kekerasan militer di Papua dan Solidaritas Rakyat Papua antimiliterisme. Usai berorasi di bundaran HI, massa long march ke Istana Presiden.
Terpisah, Menkopolhukam Djoko Suyanto bersikap cepat untuk menjaga kondisi tanah air tetap tenang saat ini. Kepada wartawan, dia meminta kepada seluruh masyarakat khususnya warga Papua untuk tetap beraktifitas seperti biasa. "Jangan percaya kalau ada isu sweeping. Itu tidak benar," tegasnya.
JAKARTA - Ketenangan di Bumi Papua kembali terusik oleh insiden berdarah yang merenggut nyawa aparat. Kemarin, dua orang polisi di Jayapura kemarin
BERITA TERKAIT
- Kronologi Pelajar SMK Hanyut di Air Terjun Lahat
- Cegah Konflik Sampai Tahapan Pilkada Selesai, Polda Sumsel Siapkan Strategi Khusus
- Pelajar SMK di Lahat Hanyut, Tim SAR Bergerak Melakukan Pencarian
- 3 Orang Tewas dalam Kebakaran di Palembang
- Dijaga Ketat Ratusan Polisi, Pilkada Rohil Berjalan Aman dan Kondusif
- Pendaftaran PPPK 2024 Tahap II, Pemkot Bengkulu Buka 2.394 Formasi