Para Ahli Waris Korban Pembantaian Rawagede setelah Belanda Meminta Maaf dan Berikan Kompensasi
Sungkan Numpang Terus, Ingin Beli Rumah Sendiri
Sabtu, 10 Desember 2011 – 10:31 WIB
Keesokannya, ketika keluar rumah, para perempuan mendapati mayat bergelimpangan di mana-mana. Karena sudah tidak ada kaum pria, mereka mengubur sendiri jenazah-jenazah tersebut dengan peralatan seadanya.
Cawi harus mengubur jenazah suami serta dua putranya yang berusia 12 dan 15 tahun. Dia tidak dapat menggali lubang terlalu dalam, hanya sekitar 50 cm. Untuk pemakaman secara Islam, yaitu jenazah ditutup dengan potongan kayu, dirinya terpaksa menggunakan daun pintu dan kemudian diuruk tanah seadanya. Alhasil, bau mayat masih tercium selama berhari-hari.
"Semua laki-laki di desa ini mati dibantai Belanda. Tinggal ibu-ibu aja yang menguburkan," ungkap Cawi kepada Pasundan Ekspres (Jawa Pos Group) kemarin.
Dia juga menceritakan ketika tentara Belanda mengeksekusi para pria Rawagede. Menurut dia, saat itu, seluruh pria diminta keluar rumah, kemudian dikumpulkan di tempat lapang. "Semua laki-laki diperintah untuk berdiri berjejer. Terus, mereka ditanya keberadaan para pejuang. Tapi, tidak seorang pun penduduk yang mengatakan tempat persembunyian para pejuang tersebut," ungkapnya.
Pemerintah Belanda akhirnya meminta maaf secara langsung kepada warga Rawagede, Karawang, Jabar. Di depan warga yang sedang memperingati 64 tahun
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408