Para Ahli Waris Korban Pembantaian Rawagede setelah Belanda Meminta Maaf dan Berikan Kompensasi

Sungkan Numpang Terus, Ingin Beli Rumah Sendiri

Para Ahli Waris Korban Pembantaian Rawagede setelah Belanda Meminta Maaf dan Berikan Kompensasi
Duta Besar Belanda Tjreed de Zwaan, Bupati Karawang Drs Ade Swara, serta pengacara korban Rawagede, Liesbeth Zegveld menyalami para janda korban pembataian Rawagede, Karawang, Jumat (9/12). Foto: Engkus Kusnadi/ Pasundan Ekspres/JPNN
 

Keesokannya, ketika keluar rumah, para perempuan mendapati mayat bergelimpangan di mana-mana. Karena sudah tidak ada kaum pria, mereka mengubur sendiri jenazah-jenazah tersebut dengan peralatan seadanya.

 

Cawi harus mengubur jenazah suami serta dua putranya yang berusia 12 dan 15 tahun. Dia tidak dapat menggali lubang terlalu dalam, hanya sekitar 50 cm. Untuk pemakaman secara Islam, yaitu jenazah ditutup dengan potongan kayu, dirinya terpaksa menggunakan daun pintu dan kemudian diuruk tanah seadanya. Alhasil, bau mayat masih tercium selama berhari-hari.

 

"Semua laki-laki di desa ini mati dibantai Belanda. Tinggal ibu-ibu aja yang menguburkan," ungkap Cawi kepada Pasundan Ekspres (Jawa Pos Group) kemarin.

 

Dia juga menceritakan ketika tentara Belanda mengeksekusi para pria Rawagede. Menurut dia, saat itu, seluruh pria diminta keluar rumah, kemudian dikumpulkan di tempat lapang. "Semua laki-laki diperintah untuk berdiri berjejer. Terus, mereka ditanya keberadaan para pejuang. Tapi, tidak seorang pun penduduk yang mengatakan tempat persembunyian para pejuang tersebut," ungkapnya.

Pemerintah Belanda akhirnya meminta maaf secara langsung kepada warga Rawagede, Karawang, Jabar. Di depan warga yang sedang memperingati 64 tahun

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News