Para Guru Besar di Yogyakarta Serukan Restorasi Kepemimpinan Indonesia
jpnn.com, JAKARTA - Belasan profesor dan puluhan akademisi dari beragam kampus negeri dan swasta itu bersepakat menyerukan pentingnya restorasi kepemimpinan Indonesia.
Guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof. Dr. Suwarsih Madya mengatakan restorasi kepemimpinan dibutuhkan lantaran berbagai persoalan di dalam negeri yang mengarah pada indikasi adanya krisis kepemimpinan bangsa.
Hal itu, kata Suwarsih, merujuk pada berbagai kasus hukum para pejabat publik, pelanggaran moral dan etika serta praktik koruptif para pemimpin di berbagai tingkatan.
"Kami mengingatkan pentingnya kepemimpinan yang amanah, kompeten dan menjunjung tinggi integritas,” ujar Prof. Suwarsih dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Minggu (28/8).
Para guru besar menilai kekecewaan publik akibat perilaku dan kinerja pemimpin yang sebelumnya mungkin dianggap sosok ideal seharusnya tak perlu terjadi.
Oleh karena itu, perlu kriteria pemimpin yang ideal dalam kepemimpinan tingkat nasional, misalnya, harus memiliki kecakapan dalam mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umum.
"Di samping itu, sebagai bangsa yang memiliki posisi strategis dalam percaturan geopolitik global, amat wajar juga jika kemampuan diplomasi internasional ditempatkan sebagai kompetensi bernilai tinggi,” lanjut Suwarsih.
Sepekan sebelumnya, para guru besar itu bertemu dengan sejumlah pimpinan partai politik di Jakarta, di antaranya Ketua Umum Partai Nasdem dan Presiden PKS, untuk menyampaikan aspirasi terkait kepemimpinan bangsa ke depan.
Belasan profesor dan puluhan akademisi dari beragam kampus negeri dan swasta itu bersepakat menyerukan pentingnya restorasi kepemimpinan Indonesia.
- Herwyn Minta Jajaran Bawaslu Daerah Terus Bangun Komunikasi
- Kantor PKS Didemo Massa, Minta Kadernya Disanksi
- Datangi Markas PKS, Demonstran Menuntut Suswono Dipecat dari Partai
- Tim Relawan Dozer Sebut Sulsel Butuh Pemimpin Berpengalaman
- Demo di Depan DPD PKS, Ikatan Santri Jakarta Minta Suswono Diadili
- Aktivis Ini Minta Agar Anak-Anak & Perempuan Tidak Dilibatkan dalam Situasi Politik