Paradigma Baru Golkar Belum di Jalurnya
Kamis, 23 Juli 2009 – 19:42 WIB
"Berbeda dengan fenomena kekalahan Golkar di dua peristiwa pemilihan tersebut, yang punya infrastruktur hingga ke tingkat kecamatan bahkan sampai desa, tapi tidak bergerak. Sementara PD tidak punya infrastruktur politik sampai ke kecamatan, tapi ada infrastruktur di luar partai yang mampu bergerak secara optimal," tegasnya.
Baca Juga:
Pendapat serupa juga disampaikan pengamat politik dari LIPI, Lili Romli. "Kekalahan Golkar pada pileg dan pilpres menunjukkan Golkar di persimpangan jalan, di antara akan bergabung degan penguasa atau mengambil tempat sebagai oposisi," katanya.
Lili juga menyoroti berbagai praktek politik uang pada setiap pergantian kepemimpinan. "Setiap pemilihan ketua umum diwarnai politik uang. Tujuan merebut posisi ketua umum bukan membesarkan partai untuk memperjuangkan rakyat, tapi jadi instrumen ke tangga kekuasaan dan menyelamatkan kepentingannya," tegas Lili.
Diingatkan Lili, penyegaran kepemimpinan adalah keniscayaan dan mendesak. Jika masih dipimpin pola lama, maka Golkar akan sekarat dan mengalami stagnasi. "Karena itu, perlu muncul generasi muda. Kalau tidak, Golkar akan kehilangan roh dan dinamikanya. Perlu orang baru untuk mendinamiskan Golkar," usulnya pula.
JAKARTA - Pengamat politik dari Reform Institute, Yudi Latief, menilai paradigma baru Golkar di era reformasi belum di jalurnya. Bahkan yang saat
BERITA TERKAIT
- Kunjungi Kaltim, Delegasi Selangor Jalin Kolaborasi Regional untuk Pencegahan Dengue
- 7.657 Penumpang Diprediksi Masuk Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang di Puncak Nataru
- Bencana Longsor di Temanggung Tewaskan Satu Warga
- Pengakuan Eks Direksi RBT, Niat Pengin Bantu BUMN PT Timah, Malah Dipidana
- Ahli Hukum Sebut Gugatan Tanah di Daan Mogot Cacat Formal
- Arjuna Sinaga Dituntut Hukuman Mati, Kasusnya Berat