Pariwisata Sumbar Langsung Tancap Gas
jpnn.com - PADANG - Pantang hukumnya buat Menteri Pariwisata Arief Yahya, berkata-kata tanpa berbuat nyata. Berapi-api di atas mimbar, lalu lenyap ditelan masa. Setelah rapat koordinasi Provinsi Sumatera Barat bersama 19 Bupati-Walikota di Padang, 12 Mei 2016 lalu, Menpar Arief Yahya langsung tancap gas, menyusun planning untuk Sumber sebagai Halal Destination.
Ketua Pokja 10 Destinasi Prioritas, Hiramsyah Sambudhy Taib pun langsung turun ke Mandeh, didampingi Bupati Pesisir Selatan Hendra Joni meninjau Carocok, Painan dan Sungai Nyalo.
Persis sehari setelah rakor yang menghasilkan aklamasi dengan semua "CEO" se Sumbar tersebut. "Kami juga langsung bergerak. Potensi Mandeh luar biasa. Alamnya bagus. Positioningnya adalah Raja Ampat-nya Sumatera. Bisa dikembangkan sebagai wisata bahari yang indah. Sedang dibangun akses dari bandara Padang ke kawasan Mandeh tembus ke Sungai Nyalo. Dari jalan saja sudah keren memandang laut yang tenang seperti danau," papar Hiramsyah, yang pernah menjadi ketua kawasan pariwisata Indonesia itu.
Pesisir Selatan terletak di pinggir laut, dengan garis pantai sepanjang 218 kilometer. Topografinya lengkap, punya dataran, gunung dan perbukitan yang subur dengan pohon yang hijau. Juga merupakan perpanjangan gugusan Bukit Barisan yang membentang di Pulau Sumatera.
Kawasannya subur, 45,29 persen wilayah terdiri dari hutan, termasuk kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Cagar Alam Koto XI Tarusan, dan rawa gambut yang bisa menjadi atraksi yang khas. "Teluknya tenang, terlindung oleh beberapa pulau yang membuat Mandeh terkesan teduh," ungkap Hiram yang mengaku sudah keliling menggunakan perahu di Mandeh itu.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, Sumbar memang memiliki banyak keunggulan dari sisi atraksi kepariwisataan. Punya kota budaya di atas ketinggian, Bukittinggi, yang kondang dengan legenda Jam Gadang. Punya kuliner yang kuat, bahkan salah satunya, rendang, di tahun 2014 sudah dinobatkan sebagai kuliner favourit oleh CNN Internasional.
Punya wisata bahari di Mandeh, dan terbukti bisa menaikkan pendapatan masyarakat. "Dulu orang Carocok menjadi nelayan, pendapatannya Rp 50 ribu per hari. Sekarang, dengan pariwisata, membawa wisatawan ke beberapa site untuk melihat bawah laut, pendapatan mereka naik 4,5 kali, menjadi Rp 225 ribu per hari. Boleh ditanya sendiri orang-orangnya. Karena itu mereka semakin menyadari bahwa semakin dilestarikan semakin mensejahterakan," kata Arief Yahya yang sudah 3 kali mengunjungi Mandeh.
Jika positioningnya "halal destination" maka originasi yang disasar adalah Malaysia, Singapura, dan Timur Tengah (Middle East). Pasar Timur Tengah itu lebih dari 140 juta outbond ke luar negeri setahun. Tiongkok juga punya lebih dari 50 juta orang yang beragama Islam, dan total outbond orang Tiongkok 110 juta setahun.
Selama proses pengembangan destinasi, secara simultan juga sudah mulai dipikirkan direct flight yang lebih banyak dari Kuala Lumpur dan Singapore. "Sama-sama punya budaya Melayu. Punya selera kuliner yang sama. Jaraknya juga tidak jauh, terbang tidak terlalu lama," ungkap Arief Yahya yang asli Banyuwangi itu.(*)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Program Bayi Tabung di Brawijaya Hospital Antasari Berhasil
- Claudia Didi Berbagi Cara Visual Storytelling Pakai AI di Galaxy Z Flip6
- Slavina Indonesia Rayakan Ultah ke-1, Buktikan Diri sebagai Brand Lokal Favorit
- Pakar Sebut Penyebab Kemandulan Bukan Galon Polikarbonat
- Solusi Inovatif untuk Terapi Kanker Hadir di Indonesia
- Jaga Kesehatan Mata dengan Rutin Mengonsumsi 4 Makanan Ini