Partai Amplop
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Sebagai pembicara terakhir Suharso menyinggung soal kebiasaan amplop untuk kiai. "Saya tidak pernah mempersoalkannya. I know that. Itu namanya bisyarah. Saya tidak persoalkan itu," katanya.
Yang penting, katanya, jangan sampai berubah menjadi keharusan. Ia pun menceritakan pengalamannya ke satu pondok pesantren. Pondok pesantren tersebut sudah sangat maju. Tidak kekurangan apa pun. Ia merasa tidak perlu meninggalkan amplop di situ.
Ternyata ia dibisiki seseorang di situ: kok tidak meninggalkan sesuatu.
"Apakah di forum tersebut Anda menyebut nama pondok dan kiainya?" tanya saya.
"Tentu tidak. Saya justru bangga dengan pondok besar itu karena kemandiriannya," ujarnya.
Ia pun membisiki saya. "tapi jangan ditulis ya," katanya.
Kenapa tidak minta maaf saja? Agar reda?
“Saya sudah minta pengurus untuk memintakan maaf, tetapi malah salah. Malah dikira saya bersalah. Saya itu tidak merasa bersalah," tegasnya.