Partai Koalisi Justru jadi Penghalang
Senin, 23 April 2012 – 18:53 WIB
JAKARTA - Peneliti Utama pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti mengatakan, pascareformasi pemerintahan republik ini penuh dengan anomali politik yang sulit dicerna akal sehat. Apapun sistem pemerintahannya, kata Ikrar, pemerintah yang berkuasa kabinetnya selalu warna-warni atau pelangi.
"Dimulai pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tidak satupun dari mereka itu berani membangun kabinet dengan ideologis partai yang sama. Jadi tidak aneh kalau kabinet dan anggota koalisinya tidak solid karena pandangan mereka tentang pembangunan berbeda," kata Ikrar Nusa Bhakti dalam dialog Pilar Negara bertema "Presidensiil vs Multipartai", di ruang Presentasi Perpustakaan MPR RI, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (23/4).
Sistem presidensiil, lanjut Ikrar ,semakin tidak memperlihatkan makna ketika baru-baru ini PKS dengan lantang menegaskan bahwa partainya punya andil terhadap kemenangan pasangan SBY-Boediono dalam Pilpres 2009 lalu.
"Sebagai suatu pernyataan politik, mestinya SBY selaku pimpinan koalisi dan kepala pemerintahan membalas pernyataan politik PKS itu dengan pernyataan politik pula. Sikap diam SBY itu sesungguhnya memperlemah sistem presidensiil," kata Ikrar Nusa Bhakti.
JAKARTA - Peneliti Utama pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti mengatakan, pascareformasi pemerintahan republik ini penuh
BERITA TERKAIT
- 629 Karhutla Terjadi di Indonesia Sepanjang 2024
- BMKG: Seluruh Jakarta Diguyur Hujan Ringan pada Jumat Pagi
- Hakim PN Medan Tolak Eksepsi Ratu Entok Terdakwa Penista Agama
- BPBD Sumenep Dirikan Posko Siaga Untuk Tekan Risiko Bencana
- Laskar Merah Putih Minta Majelis Hakim PN Tanjung Karang Tegakkan Keadilan
- KPK Diminta Tuntaskan Perkara Korupsi yang Mandek di Periode Sebelumnya