Parti Liyani

Oleh Dahlan Iskan

Parti Liyani
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sesaat kemudian dua petugas dari agen tenaga kerja asing sudah datang ke rumah Pak Liew. Mereka mengatakan waktu berkemas sudah habis. Mbak Parti sudah harus meninggalkan rumah itu.

Mbak Parti masih terus sibuk berkemas. Semua barang yang akan dia bawa pulang dia hamburkan ke lantai. Sambil menunggu datangnya tiga boks besar, jumbo box.

Dia pun cepat-cepat memasukkan barang ke boks itu. Selesai satu. Penuh. Padat. Lalu boks itu dilakban muter-muter. Rapat.

Waktu hampir habis. Masih dua boks lagi.

Mbak Parti minta tolong sopir di situ untuk bantu memasuk-masukkan barang. Agak seadanya dan sangat tergopoh-gopoh. Lakbannya pun sekadarnya. Asal nutup.

Mbak Parti sendiri yang menulis alamat di boks itu. Dia minta kepada Karl untuk mengirimkannya ke Indonesia. Sesuai dengan alamat yang tertulis di boks. Kiriman seperti itu biasanya dilewatkan ekspedisi laut. Agar murah.

Semula Mbak Parti agak  bertengkar dengan Karl mengenai ongkos kirim itu. Semula Karl tidak mau menanggungnya.

Mbak Parti mempersoalkan hak dan kewajiban masing-masing pihak seperti tertulis dalam kontrak. Akhirnya Karl setuju. Mbak Parti pun pergi meninggalkan rumah itu. Pulang ke Indonesia.

Hukum di Singapura bisa memenangkan seorang pembantu di depan seorang kaya yang terkemuka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News