Partisipasi Pilkada Jakarta Menurun, Pengamat Sebut Parpol Gagal

Hal ini membuat kandidat yang muncul sering kali tidak aspiratif atau tidak mencerminkan aspirasi masyarakat luas.
"Calon kepala daerah dipilih atau diseleksi elite sehingga tidak aspiratif," tambahnya.
Dia juga menjelaskan golput sendiri memiliki berbagai bentuk, seperti golput administratif, golput teknis, dan golput ideologis.
Golput administratif terjadi ketika pemilih tidak bisa menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT).
Menurut Pangi, masalah ini menjadi tanggung jawab Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memastikan validitas data pemilih.
Di sisi lain, golput teknis disebabkan oleh hambatan teknis seperti sulitnya akses ke tempat pemungutan suara (TPS) atau kendala lainnya.
Sementara itu, golput ideologis muncul karena pemilih secara sadar memilih untuk tidak mendukung kandidat mana pun sebagai bentuk protes terhadap sistem atau kandidat yang tersedia.
Penurunan partisipasi ini harus menjadi perhatian serius semua pihak, termasuk pemerintah, KPU, dan partai politik.
Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menyoroti tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada Jakarta 2024 yang adanya penurunan dibandingkan pilkada sebelumnya
- Internal PDIP Solid Menyambut Kongres, tetapi Butuh Biaya
- 9 Daerah Siap Gelar PSU Pilkada, Ini Pesan dan Harapan Wamendagri Ribka
- Ada Kabar Pilkada Banggai Bakal Rusuh, Masyarakat Diimbau Jangan Termakan Isu
- Begini Klarifikasi Lucky Hakim Setelah Heboh Pelesiran ke Jepang
- Rahmat Saleh Dorong KPU Jamin Pilkada Puncak Jaya tak Lagi Membawa Maut
- 12 Orang Tewas dalam Bentrok Pilkada Puncak Jaya, KKB Terlibat