Pasangan Amin Menegakkan Benang Basah
Oleh: M Sholeh Basyari

Kebijakan rasionalisasi tentara yang diambil Jenderal Gatot Subroto, Wakil Kepala staf Angkatan Darat (1956-1962) esensinya adalah penyingkiran dari karir militer, laskar-laskar Sabilillah bentukan NU.
Disebut penyingkiran sebab yang bisa melanjutkan karir militer adalah mantan kombatan yang bisa baca tulis latin. Sementara laskar Sabilillah rata-rata berlatar belakang pesantren yang hanya familiar dengan huruf Arab.
Ketiga, tragisnya ketika revolusi fisik benar-benar berakhir, kekuatan Islam pecah tercerai berai.
Masyumi (majelis syuro muslimin Indonesia) yang design awalnya adalah sebagai satu-satunya instrumen perjuangan politik Islam, sekaligus sebagai "baju politik" MIAI, terbelah.
NU menarik diri dari konfederasi itu dan membangun sistem kepartaian independen.
Pemilu pertama dalam sejarah republik ini, adalah cermin pertama retaknya perjuangan politik Islam.
Keempat, masa-masa kelam perjalanan politik Islam berada di puncaknya pada akhir pemerintahan Bung Karno dan awal-awal Orde Baru.
Kekuatan Islam terbelah.
Pasangan Amin ditantang untuk merobohkan sekat bahkan dinding beton trauma politik aliran Islam Indonesia.
- Bahlil, Kawulo, Santri, dan Cita-Cita Republik
- Peran Indonesia pada Organisasi Internasional: ASEAN dalam Pengembangan Ekonomi Biru
- Sidang Adat di Balai Panjang Tanah Periuk Jambi Selalu Terjaga hingga Kini
- Brengkes Ikan, Cara Perempuan Menyangga Kebudayaan
- Representasi Kekuatan Politik Islam, PPP Siap Ikut Perkuat Pemerintahan Baru
- Indikasi Gratifikasi Kaesang