Pasar Glodok Nasibmu Kini, Hidup Segan Mati Enggan
Omzet pedagang pun jeblok, khususnya dua sampai tiga tahun terakhir.
”Kalau dihitung, ya bisa 30–50 persen turunnya dibanding zaman masih lumayan ramai dulu. Misalnya yang sebelumnya omzet bisa sampai 100 jutaan per bulan, sekarang paling hanya 50 jutaan,” ujar Aseng (42), pemilik toko aksesori gadget di lantai satu.
Jawa Pos mewawancarai beberapa pengunjung yang berkeliling di Pasar Glodok. Sebagian dari mereka memang merupakan langganan toko tertentu.
Ada juga calon pembeli yang sengaja datang karena menganggap barang yang dijual di sana cukup murah.
Misalnya, Grace (32), salah seorang pengunjung Pasar Glodok yang saat ditemui menenteng sebuah ampli speaker dan mic wireless.
”Mau servis. Dulu belinya di sini, jadi kalau ada kerusakan selalu mampir ke sini,” ujar Grace.
Ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kemayoran tersebut mengaku tak mau ribet dalam urusan membeli atau memperbaiki alat elektronik.
”Banyak sih kalau mau beli di online, tapi kalau barang-barang kayak gini kalau tidak lihat langsung kurang percaya. Apalagi kalau ada kerusakan gini kan enak kalau sudah langganan,” ujarnya.
Pasar Glodok, Jakarta, memiliki sejarah sangat panjang sebagai salah satu pusat perdagangan di ibu kota.
- Rencana Impor Diklaim Tak Bakal Ganggu Swasembada Pangan Nasional
- Dirut Bank DKI Jamin Dana Nasabah Aman dan Non-tunai KJP Plus Tetap Lancar
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 April 2025, UBS dan Galeri24 Sama Saja
- Transaksi Tabungan Emas Pegadaian Diproyeksikan Naik 10 Kali Lipat pada Akhir April
- 165.466 Kendaraan Meninggalkan Jabotabek saat Libur Panjang
- Satgas Ramadan & IdulFitri Pertamina Dinilai Berhasil Memitigasi Lonjakan Permintaan BBM